Nik durung entek es tehmu, yo konoo terusno dodol,....goblok .. (Kalau es tehmu belum habis, ya sana teruskan jual ..goblok ...) ...ha ha ha... Penggalan kalimat seperti itu yang membuat heboh.
Bila itu diucapkan sesama penjual, tak masalah, biasa saja. Bila itu diucapkan Gus Mftah seperti biasanya, alias memang sering sekali, ketika ia belum menjadi pejabat setingkat menteri, itu pun terbukti tak masalah. Tentu ada yang dari awal yang tak suka alias tak selera dengan cara dakwahnya. Tetapi ibarat angin, ktitik untuknya tak membuat badai atau tak jadi seramai sekarang. Akhirnya akibat dari yang diucapkannya pada pengajiannya di Magelang tanggal 24 November 2024 itu, ia mengundurkan diri dari jabatan yang baru sekitar 2 bulan diterimanya.
Setelah Gus Miftah diangkat oleh Presiden Prabowo menjadi Utusan Khusus Bidang Toleransi dan Pembinaan Sarana Ibadah, maka lebih banyak kamera yang menyorotnya. Ia sebetulnya sudah belasan atau puluhan tahun berdakwah, maka sudah banyak yang mengenalnya. Setelah menjadi pejabat setingkat menteri, maka lebih banyak lagi mata dan telinga yang sebelumnya tak pernah menyaksikan pengajiannya, tak pernah menyimak kiprahnya selama ini, serta hanya mengetahui sepenggal ucapannya itu, ingin tahu lebih jauh pendakwah yang nyentrik itu. Para viewers baru pun sontak kaget menyaksikan gaya bicaranya. Pendakwah koq begitu. Jadi pejabat koq arogan sekali pada orang kecil.
Video ucapannya kepada penjual es teh menyebar, viral dan sampai memancing berbagai tanggapan, pro dan kontra Tak kurang Perdana Menteri Malaysia. PM Anwar Ibrahim yang mengaku mendapat kiriman dari sahabat di Indonesia merasa aneh melihat video, ada pendakwah yang berkata-kata kasar. Media di Singapura pun ikut berkonentar tentang asal-usul atau nasab pendiri Pesantren Ora Aji Sleman Yogjakarta itu. Klaim bahwa dirinya masih keturunan Raden Patah dan Brawijaya adalah patut dipertanyakan, karena keberadaan tokoh Brawijaya sendiri sejauh ini masih fiktif.
Tokoh-tokoh di Indonesia tentu lebih banyak lagi yang membicarakan dan membahas salah satu penampilannya tersebut. Mundurnya dirinya dari jabatan Utusan Khusus Presiden tidak menghentikan polemik. Para pencinta, lovers atau muhibbin-nya memohon presiden untuk menolak pengunduran dirinya. Sementara program selevel ILC dan berbagai channel podcast, talkshow, pemberitaan dan tayangan di you tube seakan tak mau ketinggalan turut mengangkat topik tentang tokoh yang berpenampilan mirip penyanyi almarhum Didi Kempot ini. Ia memakai blangkon dan rambut panjang ke belakang. Bedanya Didi Kempot tidak selalu terlihat memakai kaca mata hitam.
Ternyata anak-anak pun mendengar kasus itu. Minimal mereka mengetahui ada penjual es teh yang viral karena dianggap diolok-olok seorang penceramah. Mereka tentu tak terlalu mengikuti perdebatan tentang model dakwah yang penuh guyonan vulgar, apalagi tentang selera atau bahkan moralitas masyarakar pinggiran. Bapak sebelum ini mengenal Gus,Miftah? Anak saya yang menginjak bangku SMA bertanya demikian. Paling tidak sejak Deddy Corbuzier bersyahadat di pesantrennya, penulis sedikit mengikuti kiprah penceramah yang amat piawai orasinya itu. Cukup menarik pula mengetahui ia sejak muda adalah orang yang berdakwah di tempat yang luar biasa, yakni di klab malam bahkan lokalisasi. Tak sembarang orang sedia dan mampu memilih peran seperti itu. Meski ia tercatat bukan yang pertama, namun di era sekarang sulit mencari yang lainnya..
Mungkin karena yang banyak dihadapi adalah audiens yang sehari-hari menjalani kehidupan sederhana dan keras, maka bicaranya pun terbiasa ceplas-ceplos, kadang terkesan kasar dan vulgar, penuh guyon, candaan yang berani sekali. Tetapi itu dianggap kebablasan untuk ukuran masyarakat lainnya. Ia berprinsip bahwa orang datang ke pengajian harus senang. Yang tidak selera atau tak suka dirinya menganggap ceramahnya kurang berisi dan lebih banyak menghibur saja, seperti pelawak yang diminati orang tak berpendidikan. Candaannya yang dituduhkan penghinaan kepada penjual es teh yang bernama Sunhaji sebenarnya memang sudah biasa diucapkan pada para pedagang di pengajiannya.
Entahlah kali ini candaannya koq membuat gempar. Tentunya ...barangkali .... karena ia kini pejabat publik, seorang utusan presiden, setingkat menteri. Agak tak terkendali, selain guyonan terhadap jamaah, orang kecil atau siapa pun yang hadir di pengajiannya, tak jarang Gus Miftah pun menyindir, mengolok-olok dengan nada guyon terhadap tokoh lain, bahkan pendakwah lain. Tentu saja lantas diikuti tertawa para audiensnya. Jadi selain menghibur dengan ceramahnya yang renyah, Gus Miftah terkesan terlalu berani membicarakan orang lain, yang membikin ada yang tak menyukainya. Tak sedikit yang mengkritisi bagaimana cara dan isi dakwahnya tersebut.
Sikapnya pun untuk sebagian orang tak mudah dipahami. Misalnya Gus Miftah bercerita dalam ceramahnya bahwa pernah ia dibayar 75 juta pada saat diundang oleh seorang pengusaha batu bara. tetapi itu dikembalikannya Katanya, kamu bayar biduan menyanyi dangdut 5 lagu 150 juta. Sedangkan aku berceramah 1 jam untuk pencitraanmu kau bayar 75 juta. Mau jadi apa generasi muda jika kau lebih menghargai penyanyi dangdut dari pada pendakwah. Setelah itu, ia pulang dengan membawa bayaran dua kali lipat lebih, yakni 200 juta. Hmm...
Kini Gus Miftah bukan pejabat lagi. Namun tetap banyak yang berharap dan banyak pula yang yakin bahwa ia akan eksis terus di dunia dakwah. Tentu ada harapan bahwa ia perlu memperbaiki apa yang kurang, Sebagaimana semua orang selalu perlu muhasabah untuk memperbaiki apa yang kurang. Bila mundurnya Gus Miftah itu jiwa ksatria dan patut menjadi teladan untuk yang merasa bersalah, batapa kita umumnya tak mudah bersyukur bila mendapat teguran Tuhan atau diingatkan sesama orang beriman. Wallaahu a'lam.
________
Lamongan, 16 Desember 2024