Sabtu, 07 Juni 2025

Sabtu, 31 Mei 2025

Mengapa Netizen Menanyakan Ijazah Asli Mulyono?


_______

Jagad perbincangan di Tanah Air,  khususnya di media sosial,  diramaikan kasus dugaan ijazah palsu Mulyono. Si Mul selama ini tak pernah menunjukkan ijazahnya, itu masalahnya. Dibandingkan dengan (Presiden Amerika Serikat) Obama yang pernah dituduh bukan warga asli Paman Sam, ia langsung tunjukkan akta kelahiran. Ia membuktikan dirinya lahir di Hawai bagian dari USA, publik pun segera diam, masalah selesai. Lha, ini si Mul tak pernah tunjukkan ijazah asli, malah balik menuduh sebagai pencemaran nama baik, fitnah atas dirinya. Waktu ia berkuasa, wartawan dan penulis buku Jkw Undercover, Bambang Tri. M, dan (ulama) Gus Nur (Sugi Nur Raharja) telah ia jebloskan ke penjara. Saat ini Bambang Tri masih dibui, Gus Nur sudah bebas bersyarat.

Sebagai pejabat publik, orang berhak tahu identitasnya. Kenapa orang kepo, ingin tahu, ijazah si Mul? Ada yang bilang penampilannya yang tak meyakinkan. Bukan hanya karena kemampuan Bahasa Inggrisnya yang rendah, tetapi kapasitas umumnya dipertanyakan, sebagai presiden yang  tidak tepat, kata budayawan Cak Nun, sehingga tak pantas memimpin bangsa sebesar ini. Ada yang sebut ia plonga-plongo, tetapi di sisi lain ia dinilai pemain watak yang pintar sekali berbohong, membodohi masyarakat. Ia memerintah dengan ngawur, ugal-ugalan dan dikendalikan oleh oligarki. Kepemimpinannya membahayakan eksistensi negara. Selain menghadirkan kolonialisme baru juga cenderung menciptakan pembelahan sosial, kehidupan masyarakat yang tidak rukun, pecah belah. Orang pun ingin menelisik latar belakangnya, yang memang tak transparan dibuka ke publik. 

Penampakan ijazahnya yang lama beredar pun mencurigakan. Foto yang tertempel bukan muka dia. Dibandingkan dengan skripsi yang dikatakan miliknya, tanggal ijazah lebih dulu dari skripsi, hal yang mustahil. Nama dekan yang tercantum di ijazahnya ternyata tak sesuai dengan fakta data kampus. Pada suatu acara, si Mul sendiri mengaku IPK-nya kurang dari 2. Apa ya mungkin Universitas Genk Mulyono meluluskan mahasiswa dengan IPK rendah. 

Pada acara reuni angkatan 1985, tak terlihat batang hidung Si Mul. Pada sebuah foto alumni, sosok berkaca mata seperti di ijazah miliknya yang beredar,  ternyata dipanggil bukan nama dirinya. Saat lain ia buat acara reuni, orang-orang yang hadir justru tidak ia kenal, tak ada bekas keakraban, aneh, orang bayaran.  Sempat pula beredar buku album lulusan palsu. Daftar penerimaan mahasiswa baru Fakultas Kehutanan tahun 1980 pun tak mencantumkan namanya. Versi lain, hasil rekayasa, dicantumkanlah namanya. Masyarakat tempat KKN di Boyolali yang diucapkan pembelanya juga tidak membenarkan adanya kegiatan tersebut di tahun 1983. Itu juga melahirkan dugaan kebohongan lain. Setiap pernyataan dari dirinya dan dari pemujanya selalu memunculkan pertanyaan,  karena tidak logis atau tidak konsisten.

Netizen pun menyaksikan ada pelaporan Si Mul terhadap orang-orang yang dianggap memfinahnya. Di hadapan wartawan, si Mul mengatakan telah menyerahkan ijazah asli ke polisi. Padahal tampak di kamera yang ia bawa justru map yang dilipat. Apa ya ijazah asli dibawa seperti itu? Di kemudian hari pihak kepolisian mengatakan bahwa yang diserahkan adalah foto copy saja. Jadi mana yang benar, siapa yang bohong? Namun,, Bar Es Krim justru kemudian merilis hasil uji laboratorium forensik. Lha, kalau itu berkas foto copy, apa ya tepat dipakai untuk bahan uji forensik? Mereka juga lalu bikin  pernyataan bahwa ijazah si Mul identik dengan dokumen lain yang diuji. Ini pun memunculkan pertanyaan, identik tapi tidak otentik? Aparat seragam coklat pun lagi-lagi dianggap menurunkan kepercayaan publik, mereka dianggap bukan lagi alat negara tapi pembela bekas penguasa.

Netizen lebih mempercayaai rilis pembuktian forensik para doktor alumni UGM yang terjamin sebagai lulusan ashli dan memang ahli.  Mudah sekali mengikuti  penalaran dan pembuktian ilmiyah mereka yang didukung teknologi digital canggih. Lembar ijazah yang diakui miliknya itu tidak otentik. Dari foto, bentuk kuping, hidung, bibir, mata, gigi tidak identik dengan rupa Mul. Begitu juga font huruf yang digunakan, tanda tangan pengesahan, tak menunjukkan keaslian, bahkan nama dekan yang dicantumkan tak sesuai dengan data yang ada. Dapat ditelisik bahwa ijazah itu baru dibuat pada tahun 2018. Hari, tanggal, jam, menit, detik dari riwayat rekayasa dapat terlacak jejak digitalnya. 

Yang dihadapi si Mul kini bukan Bambang Tri M. dan Gus Nur. Mereka adalah para doktor alumnus dari UGM yang tidak rela almamaternya turut  melakukan pembohongan publik. Kasus ini in sya Allah akan terus bergulir. Ada rencana akan dibawa ke peradilan internasional. Kasus ini  tak akan berhenti dan menguap, atau dilupakan masyarakat yang biasanya short memory. Sekali pun ada rekayasa membela bekas penguasa yang seperti Fir'aun, namun qadarullah yang akan berjalan. 

Waquljaa alhaqqu wazahaqal baathil innal baathila kaana zahuuqa. Bila datang kebenaran, pasti hancur kebatilan. Kebenaran mungkin saja tertunda, tapi kebatilan akhirnya pasti akan kalah. Kejujuran diharapkan  menjadi modal bangsa untuk melangkah ke depan. Target negeri emas tahun 2045 jelas  tidak meyakinkan, selagi rakyat masih lemas dan cemas sebelum si Mul diadili, sebelum masalah ijazah ini usai. 

Bila kelak akan terbukti secara legal bahwa ijazah si Mul adalah palsu, bahwa ia memerintah 10 tahun dengan dokumen palsu, jabatannya menjadi tidak sah. Hutang yang dibuat sebesar 8 ribu trilyun  akan menjadi tanggungan pribadinya, demikian pendapat netizen. Rakyat negeri yang belum sejahtera agar tidak lagi menanggung hutang. Sementara patung si Mul yang menelan miliaran rupiah telah berdiri di wilayah propinsi menantunya. Kemungkinan itu dibiayai si Bob menantunya yang telah korupsi bijih nikel senilai lima ratusan trilyun. Di IKN yang in sya Allah mangkrak juga telah direncakan pembuatan patung si Mul. Informasi pemujaan terhadapnya seperti itu makin membuat netizen geram.

Berita terkini, saat tulisan ini ditulis,  mengabarkan muka si Mul muncul bisul-bisul yang parah dan mengerikan. Netizen terus  menyoroti dan menunggu apa yang terjadi pada finalis penguasa terkorup nomor 4 dunia yang diumumkan oleh lembaga internasional  OCCRP (Organized Crime and Corruption Reporting Project). Mbok ya kalau punya ijazah asli,  tunjukkin aja' Koq repot amat sih? Demikian ujar, Bu Megawati. Kita pun  bilang semestinya ia seperti Obama di Amerika. Namun, bila ia sejatinya tak punya dan telah memalsu ijazah, maka tunggu saja endingnya. He is playing a losing game, demikian pendapat pengamat. Ia sendiri, UGM, polisi dan sebagian orang sebetulnya tahu yang sebenarnya. Para doktor, pakar, yang dilaporkan pun mengetahui kebenaran secara ilmiyah.  Kebohongan tak pernah sempurna. Wallaahu a'lam.

_______ 

Lamongan, Sabtu 31 Juni 2025



Sabtu, 24 Mei 2025

Lebih Ramai di Medsos, Bila Media Besar Tak Jujur & Memiihak

______________

Teringat Sabtu lalu di sebuah pertigaan yang ramai lalu lintas di Surabaya penulis melihat ada pengecer koran yang menawarkan korannya pada pengguna jalan. Tidak jauh dari yang pertama ada lagi yang lainnya. Koq ya di sini ada penjual koran (lagi) yaa ... pikir penulis. Penulis jadi ingin tahu apa ada berita menarik dari sekitar wilayah itu atau mungkin ada isu yang sedang trending topic. Penulis lantas berhenti dan membeli. Jadi teringat hal demikian biasa penulis lakukan pada masa dahulu  sebelum keadaan berubah. Sebutlah, itu sebelum keberadaan media sosial menjadi alternatif sumber berita.

Berita koran pada masanya selalu ditunggu, lembar surat kabar diperebutkan, isinya dipercaya dan mempengaruhi opini masyarakat. Saat itu belum ada kosa kata ‘hoaks’ atau berita bohong. Wartawan diibaratkan ratu dunia. Sebelumnya,  siaran radio juga menjadi saluran informasi utama. Keberadaan penyiar radio amat diidolakan para pendengar penggemarnya. Jangankan cari berita, penulis sempat sering menikmati siaran pandangan mata pertandingan sepak bola, khususnya pertandingan Galatama, Liga Sepak Bola Utama.  Penyiar Pak Supangat dari RGS, Radio Gelora Surabaya, begitu bersemangat, berapi-api menyiarkan.

Sesudah era radio, kita menyaksikan dunia pertelevisian berkembang pada sekitar tahun 1990. Setelah TVRI lama memonopoli, muncullah beberapa televisi swasta nasional, yakni RCTI oke, SCTV, ANTV keren, TPI serta Indosiar ikan teri. Kebutuhan masyarakat terhadap informasi lantas diipuaskan dengan tayangan hidup di layar kaca. Meski begitu, untuk sementara waktu, koran dan televisi terlihat hidup berkembang saling beriringan tidak saling menenggelamkan. Keduanya diperlukan oleh segmen, situasi atau untuk kondisi yang berbeda.

Nah, begitu teknologi internet dan digital melesat merambah dalam kehidupan masyarakat, media informasi cetak, khususnya koran, seakan mendapat serangan. Update berita   harian surat kabar pagi atau sore kalah cepat atau terlambat dibanding penyebaran informasi lewat media sosial. Oplah surat kabar yang semula ada yang mencapai ratusan ribu tiap hari, tidak dapat bertahan, menurun. Penulis sempat menikmati pemberitaan di Jawa Pos, Suara Pembaharuan, Kompas, Republika, Pelita, Surabaya Post, Media Indonesia. Nama-nama besar tersebut kita lihat ada yang lalu mengembangkan media online. Bahkan Republika kini meninggalkan format cetak dan sepenuhnya bentuk online.

Media sosial hadir dalam kehidupan era informasi yang lebih bebas dan terbuka seiring kemajuan teknologi informasi, hape. Semula sempat sering terdengar celetukan orang 'medsos koq dipercaya?' Dalam pandangan mereka media sosial banyak memuat guyonan atau sekedar pemanis pergaulan, kabar yang remeh-temeh, tak penting-penting amat, bahkan hoaks. Faktanya, dalam perkembangannya di medsos sering ditemui informasi penting, gawat, darurat,  yang tak diangkat di media arus utama atau mainstream. Betapa orang akhirnya pun suka memantau info di media sosial, bahkan tergantung atau kecanduan untuk selalu membuka medsos setiap waktu. Masyarakat mulai malas menonton televisi atau koran besar.

Lalu orang melihat tivi hanya pas ada siaran sepak bola atau anak-anak menonton film kartun atau tayangan kesukaan mereka. Orang tak lagi menunggu Dunia Dalam Berita atau bahkan tak lagi mengistimewakan Breaking News, Berita Terkini di tivi. Tak jarang, televisi menurunkan berita yang sudah lebih dulu tayang di platform you tube, misalnya, atau apalagi video-video yang secepat kilat menyebar di Whattsap. Yang di tivi semula sebagai pembanding atau mungkin lebih lengkap dan kredibel. Lama-lama orang tak merasa perlu melihat tivi. Pernah ada survey bahwa hanya 20% saja orang muda yang menonton tivi. Dapat dipastikan sekarang lebih menurun lagi.

Saat musim kampanye pilpres, televisi nasional juga koran-koran yang punya nama besar gencar memberitakan hasil survey tingkat keterpilihan para calon. Muncullah dugaan itu adalah bagian dari kampanye pihak tertentu, settingan, survey abal-abal, untuk penggiringan opini, pemenangan paslon tertentu. Di saat lain, ketika ada suatu isu yang ramai diperbincangkan di masyarakat, viral di media sosial, justru media besar televisi atau koran tak selalu memuat. Mereka ternyata  pilih-pilih berita sesuai kepentingan atau pesanan. Independensi jurnalistik dari mereka dipertanyakan.

Beberapa waktu lalu tersiar berita PHK banyak karyawan di televisi nasional ternama. Televisi kehilangan pemirsa karena kurang kreatif dan inovatif hingga kalah kompetisi di tengah gempita media sosial dan media online. Yang miris adalah mereka tak lagi dipercaya. Media besar televisi, koran, dinilai tak independen. Mereka dapat disetir atau dibeli pemilik modal. Barangkali satu dua saja yang  berintegritas, berani obyektif, adil, berimbang dan menolak sikap tidak jujur. 

Sayangnya, pemilik media sebagian besar adalah para cukong atau pengusaha yang banyak kepentingan. Para intelektual di dunia jurnalistik terancam integritasnya. Teringat sikap Cak Nun,  budayawan Emha Ainun Nadjib, yang dari dulu tidak sudi tampil di media televisi nasional. Di negeri yang konon senang sopan santun dan gotong royong ini kejujuran dan keadilan masih susah sebagaimana susahnya rakyat untuk sejahtera. Wallaahu a'lam.

_________

Lamongan, Sabtu 24 Mei 2025

Jumat, 16 Mei 2025

Saat Cak Nun Menilai Presidennya Tidak Tepat


_______

Cak Nun, budayawan Emha Ainun Nadjib, sewaktu berbicara pada acara Buka Puasa Bersama di markas PDIP di Jakarta beberapa tahun lalu, mengatakan bahwa Indonesia sebetulnya berpotensi menjadi bangsa besar. Sayangnya, presidennya tidak tepat, katanya. Para hadirin kader partai banyak yang langsung tertawa, sementara petinggi partai  pemenang pemilu tersebut kala itu terhenyak, tersentak tetapi tak membantah atau memprotes. Cak Nun dengan gaya khasnya pun segera berujar jangan marah, jangan marah, lalu memberikan alasannya. Saat itu Jokowi masih menjadi presiden dan hubungan dengan partai pengusungnya, PDIP, baik-baik saja. 

Hasto Kristiyanto sekjen partai banteng moncong putih kala itu yang termasuk menunjukkan ekspresi tegang. Berani-beraninya Cak Nun bicara seperti itu di hadapan banyak kader dan petinggi partai. Padahal ketika itu ada dirinya, serta Puan Maharani, Ketua DPR RI, yang nota bene anak Megawati Sukarno Putri, Ketua Umum PDIP. Tidak hanya menilai sebagai presiden yang kurang tepat, tokoh budaya, seniman, aktivis, cendekiawan muslim, penyair, yang turut berperan mendukung Megawati pada akhir Orde Baru hingga lahir PDI Perjuangan tersebut, memang tak jarang menyindir atau mengolok-olok mantan wali kota Solo itu.  Misalnya, kemampuan Bahasa Inggris yang amat rendah dari mantan pengusaha meubel itu dijadikan guyonan. /peliz invest in mai kantri/.

Di kesempatan lain, di Surabaya, Cak Nun mengatakan bahwa Jokowi seperti Firaun, Luhut seperti Hamman. Itu membuat ramai pembicaraan dan mengguncang politik nasional. Cak Nun pun dihujat Jokowers namun di sisi lain ia dibenarkan kalangan masyarakat yang cerdas dan berakal sehat. Tokoh multi status itu  tak sampai dikriminalisasi oleh penguasa. Qadarallah, kebetulan tak lama setelah itu Tokoh Maiyahan yang sudah berusia di atas70 tahun tersebut sakit, maka oleh sebagian Jokowers  itu dianggap karena kuwalat pada sang penguasa. Ada-ada saja, sebegitu jauh mereka mereka mendewakan  presiden RI ketujuh, yang beberapa bulan lalu juga ramai disorot karena dicatat lembaga internasional OCCRP sebagai penguasa terkorup nomor 4 dunia.

Perkataan budayawan suami artis era 90-an Novia Kolopaking ini hidup lagi di memori rakyat. Ucapan Cak Nun membuat banyak orang bertanya-tanya tentang kondisi negeri. Siapa sebetulnya yang memerintah negeri selama10 tahun ini, yang masih menunjukkan  ingin terus berkuasa dengan banyak cawe-cawe dan rekayasa  itu. Hasto yang dulu seakan tak terima kritik pedas Cak Nun tersebut justru akhirnya bersama partainya konfrontasi  melawan  Jokowi. Suami Iriana itu sebagai kader partai telah dianggap berkhianat, kenudian dipecat bersama Gibran dan Bobby, anak dan menantunya.

Kini tengah ramai soal tuduhan ijazah Jokowi palsu, ada netizen yang mengingat ucapan Cak Nun di atas. Semoga segera sehat kembali Mbah Nun, demikian sebagian orang kini memanggilnya. Semoga sehat pula pikiran warga negeriku. Mari semua pemimpin dan rakyat bertaubat. Aamiin.

Wallaahu a'lam

________

Lamongan, 16 Mei 2025.

Senin, 12 Mei 2025

Subuh Bercucuran Air Mata Kenang Jelang Menjadi Tamu Allah, Duyuufurrahmaan

_______

Mengenang perjalanan ibadah haji dan menyampaikannya ke publik mungkin dapat menjadi kategori riya' (pamer), atau ini   bentuk rasa syukur dan syiar. Innasshafa wal marwata min sya'aairillaah. Teringat Bapak, Allaahu yarhamhu,, tahun 2001 pensiun, tahun berikutnya menunaikan haji. Bila penulis berkunjung dan waktu mengobrol menyinggung atau menanyakan ibadah beliau tersebut, penulis melihat betapa senangnya beliau bercerita. Ma sya Allah.

Entah karena kesenangan ditanya tentang ibadah hajinya, barangkali penulis lantas didoakan dapat kesana. Alhamdulillah 20 tahun setelah Bapak tiada, yaitu tahun lalu tahun 2024,  penulis dan istri berkesempatan menjadi tamu Allah, duyuufurrahmaan. Selain doa tadi, dari ibadah haji Bapak 2 tahun sebelum beliau tiada itu, penulis merasa bahwa karunia putra pertama pada tahun 2003, agak lama setelah menikah tahun 1996, adalah juga atas doanya dari Tanah Suci. Wallaahu a'lam. 

Ibadah haji adalah istimewa karena dari sisi jumlah yang telah berkesempatan kesana terbilang belum banyak. Katakanlah, setiap tahun  sekitar 100 ribu sampai 200 ribu WNI mendapatkan panggilan,  maka secara keseluruhan saudara sebangsa belum sampai angka 10% yang telah menunaikan rukun Islam keenam. Sementara yang pergi ke Baytullah untuk umrah tampaknya jauh lebih besar angkanya, karena sepanjang tahun, boleh dikata setiap hari, ada yang berangkat.  Walaupun demikian, dibandingkan yang belum berkesempatan, angkanya tetap kecil. Bila dihitung rata-rata, di tiap tempat,  yang pernah ke Tanah Suci masih dapat dihitung dengan jari. 

Dari faktor spiritual, diterangkan bahwa pahala berhaji sangat besar, dijanjikan surga. Sikap riya' beribadah jangan sampai menggerogoti atau menghapus hal itu. Perlu pula selalu diingat bahwa  pahala yang setara haji dan umrah ternyata dapat diperoleh dengan berbagai ibadah lainnya, misalnya berdzikir sesudah berjamaah Subuh. "Siapa yang mengerjakan shalat Subuh berjamaah, kemudian dia tetap duduk sambil dzikir sampai terbit matahari dan setelah itu mengerjakan shalat dua rakaat, maka akan diberikan pahala haji dan umrah." (HR. At-Tirmidzi)

Dari riwayat Abu Umamah bahwa Rasul berkata, 'Siapa yang berangkat ke masjid hanya untuk belajar kebaikan atau mengajarkannya, diberikan pahala ibadah haji yang sempurna hajinya.' (HR. At.Thabrani). 

"Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk menunaikan shalat fardhu, akan diberikan pahala ibadah haji. Sementara siapa yang keluar rumah untuk mengerjakan shalat Dhuha dan tidak ada tujuan lain selain itu, maka akan diberikan pahala umrah." (HR. Abu Daud)

Namun ziyarah ke Baytullah adalah wajib bila kondisi mampu agar menjadi penguat status kita sebagai muslim, bukan seperti orang Yahudi atau  Nasrani. Rasulullah shalallaahu 'alayhi wassalam bersabda: Barangsiapa tidak menghalanginya hajat yang nyata atau sakit yang bisa mencegah, atau karena pemimpin yang dzalim, lalu ia tidak pergi berhaji, maka silahkan ia mati dalam keadaan Yahudi atau jika Nasrani. (HR. Baihaqi) 

Subuh setahun lalu, sejak dari rumah penulis berniat nanti akan berdiri setelah shalat, untuk menyampaikan permohonan maaf,  pamit dan mohon doa restu kepada jamaah. Setelah selesai salam, imam shalat yang adalah Pak Ketua Takmir yang segera berdiri. Yang dirasakan dan maksud di hati dan pikiran amat terwakili tersampaikan oleh beliau. Pasti itu melebihi yang dapat penulis akan sampaikan. Untuk berucap saja, saat itu,  belum tentu mampu. Mengikuti yang dihaturkan beliau, penulis tak mampu membendung derasnya air mata yang bercucuran. Benar-benar entah sebanyak apa yang tertumpah telah membasahi kemeja dan sarung. 

Ahad pagi itu 12 Mei 2024 penulis dan ibunya anak-anak akan meninggalkan rumah, lingkungan tempat tinggal bahkan tanah air untuk menempuh perjalanan ibadah haji ke Tanah Suci Makkah Al Mukarramah dan Madinah Al Munawwarah. Hal terbesar yang kami rasakan dan pikirkan selama ini yakni meninggalkan dua putri kami. Memang mereka telah remaja, tetapi penulis tak biasa bepergian yang jauh serta lama berhari-hari. Alhamdulillah urusan keperluan mereka atas ijin dan pertolongan Allah kami rasakan menemukan titik terang kemudahan terhadap yang mungkin dilalui.

Sikap pasrah, tawakkaltu 'alallah membuat pikiran agar rasional berikhtiyar dan membiarkan semua mengalir menurut keadaan dan jadwal yang harus dilalui.  Kami berusaha beribadah sebaik-baiknya, semampu kami, hingga alhamdulillah akhirnya itu semua telah kami lalui. Setahun telah berlalu saat tulisan ini dibuat.

Sebagian pengalaman lainnya telah penulis tuangkan dalam tulisan-tulisan yang lalu di blog ini. Semoga segala yang kami alami dan rasakan menjadi pahala di sisi Allah. Allaahummaj’alnaa hajjan mabruuran wasa’yan masykuuran waddzanban maghfuuran watijaaran lantabuura. Aamiin.

_______

Lamongan, Senin 14 Dzul Qaidah 1446 H /  12 Mei 2025



Senin, 07 April 2025

Karya-karya yang Digarap dengan Baik

___________

Kadang terlintas pertanyaan di benak hati kenapa ada karya-karya orang baik yang terus dapat dinikmati hingga kini. Padahal sudah berusia lama, bertahun-tahun, puluhan tahun. Bahkan kita yakin itu akan terus dinikmati. Sebagai orang beriman kita meyakini bahwa kemampuan yang ada pada seseorang adalah karunia Allah. Itu sejak ia diberikan kesempatan dan motivasi belajar, berlatih untuk mengembangkan bakat dan kemampuannya, hingga dalam proses berkarya serta presentasi atau me-release karya . Allah Maha Mensyukuri kebakan yang dilakukan hamba-Nya. Allah memberikan balasan yang terbaik untuk hamba yang berkarya kebaikan.

Sementara tak sedikit bakat dan kemampuan yang hebat tetapi justru untuk menghasilkan keburukan, bukan manfaat tapi mudharat.  Karya yang yang tak berguna apalagi menyesatkan, sungguh itu tidak diridhai Allah subhaanahu wata'ala. Mungkin saja karya semacam itu sempat viral, booming, menjadi trend, tetapi sesuatu yang buruk akan menemui titik jenuh, pudar dan tenggelam. Sayangnya, itu tetap menyisakan kerusakan dan membikin korban, entah apa bentuknya, cepat atau lambat. Itu tergantung oleh cara mengerjakannya. Sebagai contoh, bila seseorang berniat memiliki hal yang bukan haknya, ia dapat menggunakan cara kasar, merampas, atau dengan menipu memakai bahasa yang santun dan halus, atau menggunakan teknologi. Hasilnya dapat berlipat dari yang sekedar main rampasm

Keburukan yang dikerjakan dengan rapi, penuh perhitungan, sungguh-sungguh, profesional, dapat mengagumkan bahkan membius orang yang menyaksikan. Tujuan jahat pun dapat dicapai. Sedangkan kebaikan yang dikerjakan dengan asal-asalan, tidak dengan sungguh-sungguh, ngawur, asal jadi, tentu tidak menarik. Itu justru dapat menjadi bahan lelucon, tertawaan, serta kontra produktif. Tujuan beribadah, beramal, dakwah, syiar, ta;awun atau menolong, akan berakhir sia-sia.

 Amal ikhlas lillaahi ta'ala tentulah mesti yang baik, dikerjakan lebih baik dari yang berniat demi keburukan. Kebaikan tak cukup sekedar niat, syiar, koar-koar, simbol dan slogan, tetapi harus diikhtiarkan dengan memberdayakan pengetahuan dan yang cara terbaik, cara dan strategi yang cerdas dan tuntas.. Walau demikian jangan karena takut salah lantas tak ada kegiatan atau karya  yang dianggap selesai dan tuntas. Akhirnya, penulis bercerita bahwa di komunitas IRo-Society, yang foundernya yakni  Prof. Imam Robandi (ITS Surabaya), bersama sebagian IRotizens telah menerbitkan 3 buku antologi. Di sana, penulis menemukan satu pilihan sikap dalam berkarya: kecepatan mengalahkan kesempurnaan.

_______

Lamongan, Senin 7 Syawal 1446 H / 7 April 2025


Kamis, 03 April 2025

MUSAFIR DALAM KEHIDUPAN


 

Pada momen Ramadhan dan Iedul Fitri, tidak sekali dua kali saat-saat tertentu menerawang, mengenang, teringat masa-masa yang telah berlalu. Muncul kesan sedih, senang, kangen, haru, ironis, sesal, lucu, harapan sampai keindahan dari segala yang telah terjadi. Masing-masing orang tentu memiliki kisah perjalanan hidup sendiri-sendiri, berbeda satu orang dengan lainnya. Yang safe adalah bila semua wasilah, jalan-jalan hidup, itu mengarah pada satu tujuan yang sama radliyallahu 'anhum waradluu'anhu. Allah ridha, rela, kepada mereka dan mereka pun ridha kepada Allah. 

Menempuh perjalanan kehidupan harus jelas dan yakin betul terhadap tujuannya. Alamat yang dituju bukan alamat palsu. Di situ dijamin tempat peristirahatan yang aman, nyaman dan merupakan balasan yang adil dari usaha baik yang dilakukan. Bahkan sejatinya yang tersedia lebih dari sekedar yang diharapkan. Di situ yang akan ditemui adalah kenikmatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya, tak pernah dilihat mata, tidak pula pernah didengar telinga, bahkan tak terbersit di hati. Jiwa-jiwa yang yakin, percaya, beriman adalah yang menyongsong harapan itu dengan keyakinan atau keimanan serta semangat yang tak terpadamkan dan bahkan siap berkorban. Banyak yang dihadapi selama perjalanan hidup. Ada tantangan yang terduga atau pun tak terduga. Ada tikungan, belokan yang membalikkan ke titik awal lagi. Atau ada pula alternatif jalan pintas yang justru mungkin malah menyesatkan.

Akhirnya, memang tak sama pola hidup, jalan hidup dan utamanya tujuan hidup dari para musafir di dunia ini. Ada yang dari kegelapan menuju terang-benderang. Sebalilknya, ada yang dari terang benderang justru menuju kegelapan dan masuk jurang kehinaan. Na'udzuoillaahi min dzaalik. Padahal, apa pun lika-liku dan dinamika perjalanan, yang terbaik adalah tetap sampai pada tujuan. Allah Maha Pengampun dan Maha Mensyukuri niat dan amal baik hamba-Nya. 
_______ 
Lamongan, 3 Syawal 1446 H / 3 Maret 2024.
.

INSPIRO 39 TAHUN KE-20 Majalah SMPN 1 Mantup

  https://drive.google.com/file/d/1vbAcNT-KkiZ2NGo1I326eOd-rBWL8YS-/view?usp=sharing