Kamis, 20 Juli 2023

Cak Nun, Pof. IRo dan HUT ITS ke-61 (Sebuah Catatan Akhir Pekan)

Bambang S.Mantup Santri di IRo Society

_________________________

Banyak kegiatan atau hal menarik selama seminggu. Di akhir pekan ini, saya mengingat momen beberapa hari lalu. Setelah 'Isya, badan terasa payah, mata mengantuk mungkin karena tidak tidur siang, entah ada kegiatan apa sebelumnya. Kemudian secangkir kopi panas, sepperti biasa tiap malam, sudah habis sebelum pukul 8. Selalu fresh lagi sesudahnya, kemudian duduk lesehan, HP di sebelah kiri laptop di pangkuan. Berkumpul dengan keluarga, sesekali chatting di WAG, sambil memasukkan ke folder kiriman naskah yang masuk untuk penerbitan majalah sekolah. Kegiatan rutin tiap semester ini sekarang bersiap edisi 32 tahun ke-16. Bergiat demikian kadang ditemani lagu-lagu dari You Tube. Rupanya hak badan untuk istirahat tak dapat diabaikan. Tak sadar, ketahuan mengantuk juga. Ibunya anak-anak yang mengerjakan administrasi sekolah menyuruh yang si adik untuk menata tempat tidur agar Bapaknya ini rebahan. Mbaknya seperti biasa mengerjakan tugas kuliah, kadang-kadang paling akhir tidurnya.

Menyerah, akhirnya bangkit ambil minum dulu sebelum tidur sore-sore yang terpaksa ini, memang kurang biasa. Iseng mau tutup aplikasi di HP, ternyata sensei pembina IRo Society yang Ketua Dewan Profesor ITS, Prof. Imam Robandi, memposting link acara live di You Tube. Pagelaran Kiai Kanjeng Online dalam rangka Dies Natalis ITS ke-61. Melihat itu, saya lantas membatalkan tidur sore bahkan melek hingga di atas pukul 12 malam lebih setelah acara itu selesai. Prof. Imam memang biasa sekali mengabarkan kegiatan di ITS yang dapat diikuti umum. Bahkan pernah juga ada acara diskusi Asosiasi Profesor Indonesia disilahkan juga untuk diikuti para santrinya. Memang keren.

Sebenarnya di komunitas pembelajar ini ada beberapa guru besar, banyak doctor, tetapi yang terbanyak adalah lulusan S2. S1, dokter, apoteker, dalang, aktivis, serta guru TK sampai dosen yang berendah hati, berkumpul belajar bersama. Bila meliht rentang usia, mereka berusia 30-an sampai yang di atas 70, ma sya Allah.

Saya pun sering mengikuti DP ITS Berbincang pada Rabu malam dan menikmati bagaimana para guru besar guyon, bertukar pikiran, berbagi ilmu, yang dapat disaksikan umum. Siapapun boleh bertanya, agar dapat menyerap apa saja semampunya. Sepertinya pkini banyak guru besar yang tidak ingin menjadi Menara gading yang susah diakses. Tidak jamannya lagi, barangkali. Hikmah pandemi satu tahun setengah ini saya melihat bagaimana banyak intelekstul yang komunikatif dengan kita yang awam. Sementara Porf. Imam Robandi sudah bertahun-tahun rajin menyapa, mendatangi, membina para pembelajar. Tercatat ada sekitar 70 WAG yang dibuat dalam kegiaan ini. Lulusan Tottori University Japan ini melakukan enlightening and empowering, pencerahan dan pemberdayaan, terhadap para santrinya.

Dalam rangka HUT ITS, ebelumnya ada pegelaran wayang dengan dalang Ki Sigid Ariyanto dari Rembang, yang seorang santri IRo juga. Kini ITS menghadirkan Pagelaran Kiai Kanjeng. Nama kelompok musik ini otomatis merujuk kepada Cak Nun yang memadukan unsur musik gamelan dengan beberapa alat musik modern. Kiai Kanjeng menyajikan hiburan dan mendukung peran sang budayawan, penyair, penulis, atau apa saja statusnya, yang berpuluh tahun giat mengadvokasi masyarakat menemukan jati diri, sejak sebelum reformasi hingga kini. Ia berkomunikasi dan berdiskusi dengan kalangan dari berbagai latar belakang yang dihadiri ratusan, ribuan atau bahkan puluhan ribu jamaah maiyah di puluhan simpul pertemuan di berbagai kota di Indonesia. Sebut saja nama-nama even bulanannya seperti Mocopat Syafaat di Yogjakarta, Pengajian Padhang Bulan di Jombang, Bang-bang Wetan di Surabaya, Gambang Syafaat di Semarang, Kenduri Cinta di Jakarta serta di berbagai tempat lainnya.

Saya mengenal nama tokoh ini sejak di kampus ketika karyanya kumpulan syair atau puisi Lautan Jilbab banyak diteatrikalisasikan pada tahun 1990-an yang mampu menghadirkan ribuan penonton khususnya anak muda. Tidak mau ketinggalan, FPBS Moslem Student atau Sie Kerokhanian Senat Mahasiswa FPBS IKIP Malang turut menghadirkannya. Kebetulan, barangkali, saat itu kakak Cak Nun Pak A. Fuad Efendi sedang menjabat sebagai Pembantu Dekan 1 Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni. Sebagai mahasiswa baru semester dua, kala itu, saya ikut membantu kepanitiaan.

Penampilan Emha yang disodori tema oleh panitia seputar peradaban barat dan timur amat memukau. Islam itu tidak timur dan tidak barat. Laa syarqiyyah walaagharbiyyah, saya masih mengat ucapannya itu. Ia sempat membaca 'ayat favorit'-nya yakni QS. An Nur: 35, ayat cahaya di atas cahaya. Pembacaan terjemahan ayat oleh penyair dan pemain teater amat memikat, membuat orang menjadi memperhatikan atau hapal firman Ilahi tersebut. Boleh dikata Cak Nun mempopulerkan AnNur: 35. Setelah itu saya banyak mengikuti tulisan-tulisannya di koran dan majalah, membaca buku-bukunya sampai mengikuti pemberitaan tentang aktivitas dan kehidupannya. Kiprah Emha Ainun Nadjib tercatat multi dimensi, dari kesenian, kebudayaan, sosial, keagamaan hingga politik.

Membaca sepintas riwayatnya, tokoh kelahiran Jombang ini pada masa remajanya menempuh pendidikan di SMA Muhammadiyah 1 Yogjakarta tahun 1971, pernah mengenyam pendidikan di Pondok Modern Gontor serta kuliah sebentar, tidak samapai lulus, di UGM. Setelah tidah berkuliah, ia banyak beraktifitas sebagai penulis dan seniman, dan di antaranya menjadi santri Presiden Penyair Malioboro, saat itu, Umbu Landu Paranggi. Cak Nun yang menetap di Yogjakarta ini juga pernah mengikuti International Writing Program di Iowa University, juga pertemuan penyair dunia serta mengaku sempat mengembara beberapa tahun di Eropah.

Emha Ainu Najib adalah ibarat mentari pagi, begitu kata motivator Ary Ginanjar Agustian. Suami artis penyanyi terkenal tahun 1990-an Novia Kolopaking ini bersama Kiai Kanjeng telah melanglang buana tidak saja di berbagai pelosok tanah air tetapi telah menjelajah di berbagai negara di dunia. Penulis dari hampir 100 buku dan ayah dari Noe vokalis Band Letto atau Sabrang Mawa Damar Panuluh ini telah memerankan diri dalam hidupnya menjadi tokoh pencerahan dan perekat pluralitas bangsa. Bahkan ia berkomunikasi dengan pusat-pusat peradaban dunia. Emha adalah asset bangsa yang menjadi rujukan penting dalam mencari solusi dalam banyak kasus sosial kemasyarakatan. Cak Nun atau Mbah Nun adalah pejuang peradaban.

Memayu bagya HUT ITS dari Rumah Kadipiro Yogja diawali penampilan, selama 16 menit sajian Tari Bedoyo Keraton oleh beberapa penari putri. Sepertinya ini agak tidak biasa, mungkin karena untuk momen ulang tahun. Banyak yang sempat tidak sabar, bertanya-tanya dan protes kenapa didahului dengan tarian yang kurang menutup aurat. Setelah diikuti dengan shalawatan karena bertepatan dengan bulan kelahiran Rasuulullah Muhammad shalallaahu ‘alaihi wasalla, Cak Nun dapat menetralisir. Entah sengaja atau tidak sajian tadi ditampilkan, ternyata tradisi yng masih dipraktekkan di Keraton Yogja itu akhirnya dapat menjadi bahan tadabbur peserta maiyahan tersebut.

Yang di atas adalah hanya pembuka. Maiyahan berjam-jam yang sengaja dibatasi cukup sampai jam 12 saja itu mengalir dalam dialog peradaban yang mendalam. Tema HUT ke-61, ITS advancing humanity. Dikupas oleh budayawan yang menolak tampil di media mainstream televisi nasional tetapi bersedia di tivi local ini. Cak Nun menyatakan bahwa seharusnya setiap perguruan tinggi berusaha seperti ITS menjadikan institusinya bermanfaat untuk kehiupan dan mengembangkan aspek kemanusiaan.Cak Nun ditemani sang putra. Sabrang cukup membanggakan. Putra dari istri beliau terdahulu yang disekolahkan ke Kanada ini cukup menukik pemikiran filsafatnya. Penyanyi lagu Sebelum Cahaya ini Mereka mampu duet dialog dengan sang ayah, saling skak, guyon, saling melengkapi dalam perbincangan topik tingkat tinggi. Tentu saja si bapak yang berusaha memoderasi pemikiran cepat dari putranya, anak muda millenial.

Diselingi tembang, baik baru atau shalawat, diiringi Kiai Kanjeng, Cak Nun bisa membuat betah ribuan orang mengikuti diskusi, berpikir dan merasa, berkaca, mentertawakan diri, melihat kehidupan dengan hati yang jernih agar setiap orang menjadi diri yang berdaulat dalam situasi apa pun. Menutup ini agar tak terlalu panjang, siapa yang tak mengenal Cak Nun rasanya kurang lengkap khasanah pengalaman berpikirnya. Cak nun adalah aset nasional dan pelaku perubahan dan pertumbuhan kebudayaan, bila tidak disebut peradaban, selama beberapa puluh tahun terakhir ini.

________________

Lamongan, Sabtu 16 Rabbiul Awal 1443 H. / October 23rd, 2021

Catatan Kunjungan Pak Pahri di Mantup

Bambang S.

______

Yang penting diingat dari (kunjungan) Pak Pahri di Mantup yang lalu adalah, pertama, semangatnya, atau ghirah, gairah, atau passion-nya dalam bekerja. Pendamping dari Gondanglegi yang menyertainya bercerita bahwa Pak Pahri berangkat pagi sekali dari rumahnya yang agak jauh dari SMK Mutu dan tiba di sekolah sebelum setengah tujuh, lebih kurang demikian. Pulang dari sekolah, sering kali, pada pukul 9 malam. Pahri adalah pekerja keras untuk mengantarkan SMK Mutu pada kondisi sekarang. Tentu, beliau tidak sendiri. Pertama, ada promotor yang mantap mendukung dan tak lain adalah Prof. Imam Robandi. Perlu dicatat, tak banyak orang yang mampu mengikuti langkah besar, berani dan cepat dari Ketua Dewan professor ITS Surabaya itu. Tak banyak pula yang mampu menterjemahkan dan mengaplikasikan visi Prof. Imam dalam dunia pendidikan, khususnya di sekolah Muhammadiyah.

Yang kedua, ada teamwork atau tim kerja yang mantap, solid, sedia bekerja sama dan bekerja keras untuk menggapai prestasi tertinggi. Yang tidak sedia mengikuti dapat segera minggir. Seorang pimpinan harus tega untuk tegas yang adil dalam mewujudakan visi misi institusi. Di tengah umumnya sikap ewuh pakewuh, mengatasnamakan kasihan tetapi justru mengorbankan kebaikan bersama yang lebih besar, Pak Pahri berani, tega, tegak dan tegas untuk memberhentikan yang tidak mengikuti irama menuju sekolah Muhammadiyah yang berkemajuan. Doanya, Ya Allah, pertemukanlah aku dengan orang-orang yang satu visi.’

Seorang Pahri meski berani tegas tidak lantas egois apalagi otoriter. Semua gerak hidupnya disandarkannya kepada Allah subhaanahu wata’ala. Apabila ada yang tidak beres, dia berpikir bahwa ada yang kurang dalam hablun min Allah. Suatu keberhasilan tidak semata dengan kerja keras tetapi ibadah yang keras juga, dalam arti secara maksimal dan bersungguh-sungguh. Bila dalam bekerja saja ia tak hanya menyuruh tetapi ikut melakukan sendiri, apalagi dalam ibadah , tentunya, Pahri berusaha menjadi yang terbaik di hadapan Allah. Sekali lagi, hablun min Allah adalah tak dapat ditawar, harga mati, istilah sebagian orang sekarang.

Setelah kerja keras, teamwork yang solid, hablun min Allah yang mantap, tak lupa silaturrahim adalah setrategi utama dalam interaksi dengan sesama. Keberhasilan dalam kehidupan ini adalah terletak pada kunci silaturrahim, begitu pendapatnya. Hampir tiada hari tanpa kunjungan ke rumah sebagai silaturrahim sekolah kepada masyarakat.

Itulah kelima faktor yang menjadi prinsip hidup seorang Pahri di atas, yang mengantarkanya cukup berhasil membawa kemajuan spektakuler dalam memimpin SMK Muhammadiyah 7 Gondanglegi Malang. Setelah tiga periode, maka pada penghujung tahun lalu menyerahkan estafet kepemimpinan pada Pak Munali, pelanjutnya. Pengalaman Pak Pahri, yang Ketua Pimpinan Pusat Forum Guru Muhammadiyah (FGM) ini cukup penting untuk dibagi seluas-luasnya ke seluruh Indonesia.

______

Sabtu, 29 Jan. 202

Setelah Membaca Status Teman

Bambang S. Mantup Pembelajar

________________

Tidak shalat, tidak makan, tidak mandi sampai tiga hari mengurung diri ketika ditinggal orang yang dicintai. Kemudian ia ingat bagaimana Ibrahim yang lama tidak punya putra, tetapi saat yang dikasihi itu mulai tumbuh remaja, dimintalah si anak oleh Yang Memiliiki. Sebagai ayah yang amat menyayangi putranya, Ibrahim diperintahkan untuk menyembelihnya. Alhamdulillaah Allah tak menginginkan pengorbanan manusia dengan manusia. Sesudah terbukti kepasrahan keluarga mulia itu, digantilah Ismail yang sabar dan ikhlas dengan seekor sembelihan yang besar. Ibrahim lulus ujian merelakan apa yang dicintainya untuk diminta kembali oleh Sang Pemilik Sejati.

Kisah itu yang menyadarkan Bu Nyai, demikian barangkali beliau akan dipanggil andaikan tinggal di Jawa, bahwa yang kita cintai itu berhak untuk diambil oleh Allah subhaanahu wata'ala sebagaimana kita pun akan mati. Saat itu wanita kelahiran Singapura yang amat smart dan fasih sekali Bahasa Inggris tersebut berusia sekitar 40 tahun dan belum lama melahirkan anak keenam. Sementara di pondok pesantren yang didirikan suami dan dirinya tengah mengasuh 23 ribu santri.

Orang tuanya pun sempat mengajaknya kembali ke negeri asalnya. Tampaknya hal itu makin menguatkan hatinya untuk meneruskan perjuangan yang dirintis suaminya. Kini masih ada 15 ribu santri yang umumnya dari kalangan yatim piatu atau dhuafa menjalani pendidikan gratis di pondoknya. Sebuah lembaga yang banyak dikunjungi tokoh atau tamu dari dalam dan luar negeri yang untuk menghidupi para santri telah ada 59 unit usaha.

Semula melihat tayangan penampilan para atlit taek won do yang memukau yang berkelas internasional. Mereka ternyata para santri dari Ponpes Al Ashriyah Nurul Iman Parung Bogor. itulah yang membuat penulis kemudian mem-browsing tentang lembaga dakwah dan pendidikan yang didirikan Habib Segaf bersama istrinya Umi Waheeda. Menyaksikan beberapa video di YouTube menjadikan penulis menyimak kisah atau sedikit biografi mereka. Kita patut kagum pada apa yang merka perjuangkan, seiring yang dilakukan banyak tokoh atau organisasi lainnya.

Penulis spontan membicarakan tentang ponpes tersebut adalah terkait ingatan penulis tentang secuil kisah dari kehidupan tokoh yang kita dapat banyak terinspirasi dari mereka. Sebagaimana disebutkan di paragraf pertama bahwa musibah wafatnya Sang Habib tahun 2010 amat mengguncang sang istri. Kita dapat belajar dari pengalaman pribadi mereka dan melihat kini tokoh wanita yang telah menyelesaikan program doktoralnya itu tetap meneruskan perjuangan yang telah dirintis Bersama Habib Segaf Allaahu yarhamhu. Selebihnya pembaca dapat browsing lebih lanjut bila tertarik melihat profil dan tokoh.

Mengapa penulis teringat kisah tersebut adalah karena tadi pagi ada musibah yang menimpa salah satu teman guru yang pagi tadi salah seorang putranya meninggal. Penulis membaca statusnya. ‘Innalillaahi wainna ilaihi raaaji’uun. Telah kembali kepada pemiliknya. Anak kami Erlangga Imantoro”. Tentu kita tak dapat membayangkan bagaimana beliau menuliskan itu. Yang pasti kita semua patut apresiasi bagaimana beliau mengikhlaskan buah hati dan kesayangan keluarga. Doa terbaik untuk mereka. Allaahumma latahrimna ajrahu, wlaataftinna ba’dahu, waghfirlana walahu. Ya Allah muliakanlah kedatangannya. Jangan jadikan fitnah sepeninggalnya. Ampunilah kami dan dia. Kita boleh bayangkan andaikan kita yang alami. Atau kita yang mendahului keluarga kita. Dua pilihan yang salah satunya akan terjadi, wallaahu a’lam.

Penulis tak bermaksud ajak kita bersedih atau bahkan malas hidup. Salah satu tayangan di link video YouTube, yang penulis comot dari banyak lainnya, in sya Allah justru memotivasi dan menyemangati kita untuk belajar dan berani hidup dengan baik menggapai ridha Ilahi. Selain dari itu pun kita dapat memilih ada banyak tokoh, lembaga, link, website, atau apa pun, yang kita dapat belajar, asalkan kita mau. Selamat menyongsong hari kerja efektif esok hari. Mungkin juga ada yang sambil puasa sunnah di hari Senin.

_________ Lamongan, Ahad 9 Oktober 2022 / 13 Rabi’ul Awal 1444 H.

Anak-anak Muda Pemilik Masa Depan (Catatan dari Sedikit Mengikuti Berita Politik)

Bambang S. Mantup Pembelajar di IRo Society ______ Untuk keempat kalinya, seorang pengacara dan blogger produktif yang telah menghasilkan puluhan tulisan dan dibaca puluhan ribu viewers, demikian saya lihat statistikanya, kemarin mengirim saya artikel yang diposting di Kompasiana. Artikel politik berupa penalaran panjang dengan analisa kritis tetapi ramah, judulnya Mengkreasi Oligarki Berwawasan Pancasila. Kakak alumni di SMA, 6 tingkatan di atas saya itu, saya pikir bolehlah mengenal saya sebagai peminat kepenulisan. Dalam hati bertanya dari mana beliau menahu saya suka membaca topik politik.,

Jika orang baik tidak terjun ke politik, maka para penjahatlah yang akan mengisinya, demikian kata Recep Tayyip Erdogan, Presiden Turki. Hmm, itu salah satu penyemangatnya dan dulu sering ikut-ikutan diskusi atau bahkan terjebak debat kelas orang awam.Tetapi saya sudah tidak aktif lagi di FB beberapa tahun dan hampir tak pernah ikut diskusi terbuka, atau sebulah debat terbuka tentang poitik, tentu selevel orang awam. Entahlah. Kiriman itu mendorong saya membuka lagi draft catatan saya, menyelesaikannya sedapatnya, agar tidak berupa draft saja dan nekad memberanikan diri memposting, mumpung masih suasana peringatan Hari Kebangkitan Nasional untuk yang merayakannya, ehh … mengingatnya.

Sekitar awal April 2022 bulan lalu sempat membaca ada suasana ketidakpastian. Sistem demokrasi di negeri ini atau boleh dikata kelangsungan kehidupan berbangsa bernegara sedang dipertaruhkan oleh segelintir orang, begitu bahasa kerennya. Ngeri-ngeri sedap, kata Refli Harun. Banner atau baliho bertuliskan capres 2024 belum sesemarak sekarang. Pemilu 2024 yang sudah direncanakan ‘dibuat’i tak pasti, kemungkinan akan ditunda, atau dibikin situasi harus ditunda. Alternatif lain, dibolehkannya jabatan presiden 3 periode dengan mengandemen konstitusi. Mungkin akan diskenario siding para wakil rakyat tengah malam, angota MPR akan dibeli. Ada pula sinyalemen kuat yang disampaikan oleh Masinton Pasaribu, anggota DPR dari PDIP, kasus kelangkaan minyak goreng yang cukup heboh waktu itu adalah dalam rangka membiayai operasi upaya memperpanjang kekuasaan itu. Mahasiswa gerah. Kemudian mereka turun ke jalan satu, dua, tiga kali dan ramai dikabarkan lewat media sosial akan lebih besar digelar tanggal 11 April 2022. Tidak diberitakan. Media mainstream selama ini terbungkam, sehingga informasi tentang perkembangan situasi diterima tidak utuh oleh sebagian besar masyarakat. Namun kekuatan medsos tidak dapat disepelekan. Pihak kekuasaan pun tak dapat menutup mata. Ada upaya resistensi. Ada kecemasan di benak masyarakat yang sempat mengikuti. Muncul kekhawatiran bagaimana reaksi yang akan dihadapi para pejuang muda itu, khususnya menyangkut keselamatan mereka.

Seorang teman yang mempunyai anak yang menjadi dosen (muda) di UI mengirimkan kabar bahwa di official account PTN tersebut ramai dibicarakan rencana aksi itu. Penulis agak heran dan menanyakan bukankah pimpinan PTN tersebut terkooptasi oleh kekuasaan. Dijawab bahwa keadaan yang memburuk menuntut kebangkitan mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat untuk menyelamatkan negara. . Yang memanaskan gerakan itu adalah aksi-aksi pendahuluan di berbagai daerah. Tema yang diusung tentu senada dengan yang ada di ibu kota.

Rencana aksi itu ternyata efektif. Tepat sehari sebelumnya, pada hari Ahad tanggal 10 April 2022 ada breaking news bahwa RI 1 menyatakan Pemilu digelar tanggal 24 Pebruari 2024. Sesuatu yang selama ini ditunggu-tunggu dan tak kunjung diucapkan. Ada kesan seakan itu terpaksa setelah mengalami desakan. Lempar handuk setelah berbagai operasi gagal apalagi tidak mendapatkan dukungan partai pengusungnya. Qadratullah, hari itu Budayawan Nasional Emha Ainun Nadjib atau Cak Nun atau Mbah Nun memenuhi undangan PDIP dalam acara Buka Puasa Bersama di Masjid At-Taufiq di markas partai penguasa, yang bertajuk Sinau Bareng Cak Nun. Yang viral dari acara itu adalah cuplikan ceramah dari suami artis Novia Kolopaking yang tinggal di Yogjakarta tersebut. Dikatakan bahwa Indonesia dapat mengungguli AS dan Rusia, sayangnya sekarang presidennya kurang tepat.

Hari Senin tanggal 11 April 2022 dalam suasana puasa, ratusan atau sampai ribuan mahasiswa tetap menjalankan aksinya. Kegiatan yang juga diikuti berbagai elemen masyarakat lainnya itu semula akan ditujukan ke istana. Barangkali karena perkembangan yang terjadi akhirnya dialihkan ke gedung DPR. Ketika membaca poin-poin tuntutan mereka, kita boleh apresiasi bahwa mereka bukan masyarakat golongan muda dengan pemikiran dangkal. Anak-anak milenieal terdidik itu tidak begitu boodoh termakan hasutan apalagi retorika politik penguasa. Sikap mereka pun cukup elegan. Mereka lebih suka bicara sebagai rakyat di jalan dari pada bila diundang ke dalam gedung yang tidak dapat dijamin ada apa saja di sana.

Di saat ketegangan yang dikhawatirkan itu sedikit mereda, tak terduga terjadilah kehebohan di tengah-tengah aksi mahasiswa dan masyarakat tersebut. Ade Armando, seorang doctor, dosen UI, mengalami luka-luka akibat aksi kekerasan. Tidak hanya itu, ia dihinakan dengan hampir ditelanjangi, celana panjangnya hilang. Ia yang selama ini dikenal sebagai pegiat media sosial yang kontroversial, lebih popular disebut salah satu buzzerRp, termasuk tokoh Islamophobia, pembenci Islam, dianggap bersikap bodoh berada di sana. Ia kemudian justru tampak diselamatkan atau diamankan mahasiswa dan apparat, dan dibawa ke rumah sakit. Kemudian berita tentang kasus yang entah by design atau spontanitas itu akhirnya yang lebih di-blow up oleh media massa dan seakan menutupi tuntutan yang diusung para mahasiswa.

Berikut daftar 4 tuntutan baru dari BEM SI yang dikutip dari akun instagram resmi BEM SI:

1. Mendesak dan menuntut wakil rakyat agar mendengarkan dan menyampaikan aspirasi rakyat bukan aspirasi partai. 2. Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menjemput aspirasi rakyat sebagaimana aksi massa yang telah dilakukan dari berbagai daerah dari tanggal 28 Maret 2022 sampai 11 April 2022. 3. Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk tidak mengkhianati konstitusi negara dengan melakukan amandemen, bersikap tegas menolak penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan 3 periode. 4. Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menyampaikan kajian disertai 18 tuntutan mahasiswa kepada presiden yang sampai saat ini belum terjawab. Berikut daftar 18 tuntutan BEM SI sebelumnya: 6 Tuntutan Aksi Massa pada 28 Maret 2022.

1. Mahasiswa menuntut Presiden Jokowi bersikap tegas menolak dan memberikan pertanyaan sikap terhadap penundaan Pemilu 2024 atau masa jabatan 3 periode, karena sangat jelas mengkhianati konstitusi. 2. Mahasiswa mendesak Presiden Jokowi untuk menunda dan mengkaji ulang UU IKN termasuk dengan pasal-pasal yang bermasalah, serta dampak yang ditimbulkan dari aspek lingkungan, hukum, sosial ekologi, dan kebencanaan. 3. Mahasiswa menyinggung soal bahan pokok dan kelangkaan minyak goreng. Presiden Jokowi untuk bisa menstabilkan harga dan ketersediaan bahan pokok di masyarakat. 4. Mahasiswa meminta Presiden Jokowi mengusut tuntas para mafia minyak goreng serta mengevaluasi kinerja menteri terkait. 5. Mahasiswa juga menuntut penyelesaian konflik agraria. 6. Mahasiswa meminta presiden dan wakil presiden berkomitmen penuh dalam menuntaskan janji kampanye di sisa masa jabatannya.

12 Tuntutan Aksi Massa pada 21 Oktober 2021

1. Menuntut dan mendesak pemerintah untuk menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang untuk membatalkan UU 11/2020 tentang Cipta Kerja. 2. Menuntut dan mendesak pemerintah untuk memperbaiki dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang masih relatif rendah. 3. Menuntut dan mendesak pemerintah untuk mengembangkan sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) yang ada di dalam negeri, tanpa menjadikan utang luar negeri sebagai salah satu sumber pembangunan negara. 4. Wujudkan kebebasan sipil seluas-luasnya sesuai amanat konstitusi dan menjamin keamanan setiap orang atas hak berpendapat dan dalam mengemukakan pendapat serta hadirkan evaluasi dan reformasi di tubuh Institusi Polri 5. Wujudkan Supremasi Hukum dan HAM yang berkeadilan, tidak tebang pilih dan tuntaskan HAM masa lalu. 6. Berhentikan Firli Bahuri sebagai Ketua KPK, Batalkan TWK, Hadirkan Perppu atas UU KPK 19/2019 serta kembalikan muruah KPK sebagai realisasi janji-janji Jokowi dalam agenda pemberantasan Korupsi. 7. Menuntut pemerintah untuk memberikan afirmasi PPPK guru berusia di atas 35 tahun dan masa mengabdi lebih dari 10 tahun untuk diprioritaskan kelulusannya serta mengangkat langsung guru honorer yang berusia di atas 50 tahun. 8. Menuntut pemerintah untuk segera meningkatkan kualitas pendidikan baik dari segi peningkatan kualitas guru indonesia maupun pemerataan sarana dan infrastruktur penunjang pendidikan di seluruh wilayah Indonesia. 9. Menuntut pemerintah untuk mengembalikan independensi Badan Standar Nasional. 10. Mendesak Presiden Jokowi untuk segera menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang untuk membatalkan UU 3/2020 tentang Minerba. 11. Mendesak pemerintah segera memenuhi target bauran energi dan segera melakukan percepatan transisi energi kotor menuju energi baru terbarukan. 12. Penegasan UU pornografi sebagai regulasi hukum untuk menanggulangi konten pornografi yang berdampak pada maraknya pelecehan seksual. (Tribunnews.com/Maliana)

Akhirnya, sebagai seorang guru saat itu saya terharu membaca khususnya tuntutan mahasiswa nomor 7, 8 dan 9, serta mengspresiasi keseluruhannya. Kita senang menyaksikan anak-anak muda yang visioner dan bertanggung jawab terhadap masa depan bangsa. Alhamdilillaah.

____ Lamongan, Sabtu 20 Syawal 1443 H / 21 Mei 2022

Minggu, 16 Juli 2023

Salam Redaksi
Mengarungi Arus Informasi? Perahunya Dulu!


13 Mei 2029
Pada era sekarang, dikatakan bahwa siapa yang menguasai informasi, dialah yang menguasai dunia. Ungkapan ini mengingatkan kelebihan Adam yang punya banyak data atas malaikat pada kisah awal penciptaan, hingga makhluk cahaya itu (kecuali iblis) rela sujud hormat pada sang manusia pertama atas perintah Tuhan.

Dikatakan juga sekarang jamannya iklan, banyak orang yang termakan oleh iklan. Maraknya iklan produk industri di media masa sampai iklan pencitraan diri para politisi begitu mempesona. Siapa yang tak cukup wawasan (kurang data dan masukan) akan mudah tergoda.

Para pemasang iklan itu pintar sekali menarik perhatian orang. Promosinya disampaikan secara memikat dan mengesankan. Di sinilah contoh bagaimana cara komunikasi yang efektif, gampang diingat (terlepas baik-buruknya), ditunjang media yang canggih supaya mudah diterima, dengan satu tujuan pasti: agar mau beli!

Sebagai sebuah lembaga layanan publik, sekolah juga memiliki banyak informasi yang perlu disampaikan. Baik untuk kalangan sendiri maupun kepada khalayak ramai. Artinya perlu media. Tentu saja, isinya haruslah menunjukkan kualitas layanan sekolah. Istilahnya, jangan hanya jual bungkus, isinya harus tetap dijaga.

Lebih lagi dengan fungsi sekolah sebagai lembaga kader pemikir dan (tidak hanya) pelaksana pembangunan bangsa, pasti membutuhkan wadah untuk mengolah dan merumuskan gagasan-gagasan dari civitas akademikanya. Ibarat lahan persemaian, dari sini diharapkan tumbuhnya bibit-bibit unggul yang nanti bisa diandalkan. .

Hanya saja, apresiasi terhadap media itu sendiri masih beragam di kalangan warga sekolah. Tidak heran, seperti pada masyarakat umumnya, kebiasaan membaca belum membudaya. Belum lagi mengakses informasi dari dunia maya (internet). Ditambah kemampuan tulis-menulis para guru dan siswanya hampir tak pernah diasah.

Jadi, rasanya kita belum pantas terjun untuk turut mengarungi era informasi yang semakin deras arusnya. Perahu media dan modal mental kita belum apa-apa. Bahkan sebagian kita belum tahu apa perlunya

Memang enak langsung ngomong dari pada baca (berpikir) dulu! Padahal semua tahu, untuk membuka jendela dunia, membacalah passwordnya.

Kitapun tidak lupa, untuk mengisi hidup beragama kita, sebagaimana perintah pertama pada Rasulullah SAW adalah: Iqra’. (Bacalah!)

Jadi, ayo senang baca! Agama dan negara menanti pengabdian kita. Wassalam,
Pemimpin Redaksi


Proses Sungguh-sungguh Bukannya Asal-asalan


Senin, 29 April 2013

Konon, sebelum menemukan lampu listrik Thomas Alfa Edison telah melakukan eksperimen hingga 5000 kali. J.K. Rowling harus bersabar lima tahun sebelum novel Harry Potter karyanya diterima oleh sebuah penerbit, yang kemudian menjadikan ia wanita terkaya di dunia. Begitu juga karya budaya lainnya, lagu, film, atau novel dan sebagainya tidak selalu mudah diterima  dan  harus menunggu waktu yang tepat serta  terus mengalami perbaikan sebelum di-release.

Budi Darma, ketika itu sedang menjabat sebagai Rektor  IKIP Surabaya (UNESA), merasa perlu mengambil cuti beberapa bulan ke Amerika Serikat untuk menghasilkan karya sastra.  Penulis wanita  La Rose harus  menerapkan jam kantor meski ia bekerja di ruang kerja di rumahnya sendiri. Demikian itulah yang biasa dilakukan para penulis.  Sebelum berkarya  mereka  butuh   waktu dan mendisiplinkan diri untuk melakukan riset di lapangan maupun studi pustaka.

Di dunia seni peran, seorang aktor atau aktris bila ingin berhasil tampil bagus dan menghayati  tokoh  yang akan diperankannya dalam film, misalnya, maka harus lebih dulu melakukan observasi atau studi lapangan. Mereka yang hanya mengandalkan popularitas, tampang rupawan, atau bedak tebal, pasti akan gagal dan  penampilannya  pasti tidak akan memikat, membosankan.

Di bidang lain, di dunia usaha bahkan  ada ungkapan  bahwa tidak ada orang yang berhasil sebelum ia mengalami bangkrut lebih dulu. Sementara bapak-ibu  kita para petani juga membutuhkan ketekunan, waktu dan tenaga untuk menggarap sawah. Seorang pemain sepak bola harus rajin berlatih dan menjaga staminanya untuk bisa terus bermain dan dipakai klub-klub yang ternama. Di pinggir lapangan sudah banyak yang antre dan ingin menggantikan.

Tak hanya itu, sebagaimana seorang ibu yang akan melahirkan seorang anak maka ia harus melalui kepayahan di atas kepayahan hingga   dengan mempertaruhkan jiwa raga. Tak ada yang bisa memastikan seperti  apa anak yang akan dilahirkannya. Termasuk dirinya sendiri,  tak ada yang mampu menjamin nanti selamat atau tidak. Hingga di atas semua usaha ada kepasrahan (tawakkal) pada Allah SWT  terhadap  takdir yang akan dialaminya.

Begitu juga, kemerdekaan negara kita Republik Indonesia  tahun 1945 bukanlah hadiah dari penjajah. Ini telah ditebus dengan harta, air  mata, darah serta nyawa ribuan pejuang di seluruh persada nusantara, dikenal maupun yang tak dikenal.  Namun  para pendiri bangsa kita juga bersikap jujur dan tak takabur atas kemerdekaan itu.  Mereka juga mengakui bahwa ini  dicapai atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas.

Sejatinya semua  paham bahwa keberhasilan membutuhkan perjuangan, bahkan perjuangan itupun membutuhkan pengorbanan. Hanya saja kita sekarang berada di kondisi kebiasaan serba instan, inginnya segala sesuatu mudah didapatkan. Sikap malas, gampang manipulasi, dan prinsip semau gue sungguh telah membunuh kreatifitas, kejujuran, jiwa wira usaha dan merusak keimanan. Sering kali kita melupakan  bahwa justru sesudah kesulitan itu akan ada kemudahan. Fainna ma’al ‘usri yusran. Inna ma’al ‘usri yusran.

Setiap persiapan menjelang terbitnya edisi baru majalah ini, pada Redaksi selalu ada rasa penuh penasaran dengan usaha dan proses kreatif yang harus dilakukan. Menunggu terbitnya majalah ini agaknya seperti menunggu kelahiran seorang bayi. Selain berbagai upaya yang harus dilakukan, juga dipanjatkan do’a agar penerbitan tiap edisi bisa baik dan memberikan manfaat.

Syukur pada Tuhan, alhamdulillah, dan terima kasih tak terkira pada siapapun yang suka membantu dan memberikan dukungan. Insya Allah mulai edisi ini  kualitaskertas majalah kita lebih baik dan bertambah jumlah halamannya. Tentu isinya juga diharapkan lebih menarik. Selamat  membaca dan mari terus belajar dan berkarya!


Gaya Komunikasi dengan Hape atau Gawai

Bambang S. Lamongan Ikan bergembira di dalam air ________

Beberapa waktu terakhir ini penulis intens berkomunikasi dengan seorang teman untuk suatu keperluan. Saya tidak sampaikan tentang urusan yang dikerjakan tetapi saya akan sedikit bercerita gaya atau cara berkomunikasi rekan teesebut. Saya terkesan bagaimana kontak-kontak dengannya menambah koleksi jenis orang yang memiliki kebiasaan serupa. Bukan gaya ngobrolnya saat bertemu, dari serius, agak tegang, setengah marah dan salah paham hingga akrab kekeluargaan dan guyon mentertawakan apa yang terjadi atau dialami. Yang dimaksud adalah komuniikasi jarak jauh menggunakan gawai, gadget, atau hape-handphone. Saya tertarik dan memantik saya membuat tulisan sederhana ini tentang beberapa gaya orang berkomunikasi dengan gawai.

Pertama, jenis cara yang penulis merasa termasuk di dalamnya, yaitu kesukaan menyampaikan pesan secara tertulis, text chatting. Menurut saya, ini tentu subyektif, bertutur dengan kata-kata tertulis lebih aman, mudah dikoreksi bila keliru, tidak mengganggu lawan bicara yang mungkin sedang berada di suatu kegiatan keramaian, misalnya. Tentu ini situasional, barangkali tidak darurat, atau untuk komunikasi yang justru membutuhkan waktu berpikir untuk menanggapi. Kelebihan berkomunikasi tulis adalah jejak tulisan mudah dijadikan semacam bukti bila dibutuhkan di kemudian hari, dapat dengan difoto atau di-screenshot.

Tidak semua orang suka mengetik di keyboard hape apalagi yang merasa drijine gedhe atau jari-jarinta besar. Lebih lagi untuk yang merasa penglihatannya sudah kabur, tak dapat jelas atau mudah pusing membaca tulisan di layar. Untuk yang semacam ini, banyak yang lebih senang berkomunikasi jenis kedua, yakni secara verbal, telepon langsung. Sedikit-sedikit nge-bel, call, kadang pula tanpa banyak pertimbangan situasi. Kelebihan komunikasi lisan ini adalah unsur perasaan mudah diketahui dari nada pembicaraan. Barangkali lebih mudah pula menyampaikan banyak hal, tidak pakai lama mengetik. Untuk poin menjelaskan dengan gamblang, berlaku tidak untuk ini saja, syaratnya yang berkomunikasi tidak pelit ilmu atau tak eman dalam berbagi informasi.

Pada komunkasi jenis ini, kita boleh terkesan pada orang yang mampu berbicara di telepon dengan tenang, tidak bersuara keras, mampu bertelepon sambil mengerjakan hal lain. Biasanya seorang customer service, sambil mengetik, atau bahkan sambil menghadapi klien lain di hadapannya, ia kadang sempat bertelepon dengan pihak lain dengan tampak baik. Ketika dia berkomunikasi tersebut, orang yang di hadapannya tak dapat menangkap pembicaraan tentang apa. Sementara sebaliknya, ada yang saat menelepon satu ruangan atau tetangga rumah mendengar semua karena gaya berteleponnya dengan teriak-teriak.

Tak puas dengan telepon, audio, ada yang senang dengan lebih total-contact, yakni menggunakan video-call, audio-visual, suara dan rupa terlihat Berkomunikasi dengan gaya jjenis ketiga ini barangkali situasional untuk antar keluarga, kerabat, sahabat yang kangen-kangenan atau mungkin ada yang untuk kepentingan lainnya. Komunikasi memakai video-call kadang menjadi pilihan, misalnya, untuk diskusi atau mengerjakan tugas bersama. Penulis teringat, di saat pandemi ketika ada workshop penulisan buku, tak jarang penulis terlibat diskusi menggunakan video-call atau telepon saja sambil bersama-sama membuka dan bekerja pada google-sheet. Itu sebagian aktivitas kami di Ikomunitas pembelajaran IRo Society Video-call menjadi perlu karena antar teman pembelajar inii sebelumnya tidak kenal, belum pernah berjumpa kopi darat langsung. Video-call saat itu alternatif selain menggunakan zoom meeting atau google-meet.

Sementara yang saya catat sebagai jenis keempat adalah berkomunikasi dengan mengirim pesan suara. Ini yang saya sampaikan di muka kebiasaan salah satu teman. Penulis kadang kirim kepadanya pesan secara tertulis tetapi ia menjawabnya dengan voice mesaage, pesan audio. Teman ini termasuk yang suka telepon langsung tetapi di saat tertentu ia banyak menanggapi atau menyampaikan pesan dengan mengirim pesan suara. Pesan suara ini barangkali dapat ia bagi untuk yang bertanya atau berkepentingan serupa dengan saya. Sewaktu jumpa darat pun penulis tak sekali menjumpai dia kirim pesan suara kepada orang lain. Ia tidak menelepon langsung tetapi kirim voice message.

Penulis akhirnya mencoba paham kenapa ia lebih suka demikian karena klien atau customer yang biasa ia hadapi adalah kalangan umum yang tampaknya sebagain besar kurang suka pesan tulis saja. Atau urusan yang dikerjakan ini untuknya lebih tepat dijelaskan dengan omongan. Jenis gaya komunikasi yang keempat ini penulis amati juga disukai minimal satu dua teman. Saya tak jarang menyaksikan teman-teman ini sering memberi tugas, instruksi pada anak-anak, para siswa, dalam bentuk pesan suara, voice message. Penulis tertarik karena yang sepeti ini penulis tak pernah melakukannya.

Di samping satu dua tiga empat gaya berkomunikasi dengan gawai di atas tentu mungkin ada gaya lainnya yang belum disebutkan. Tidak dibahas pula bagaimana ada yang men-setting diri sebagai akun bisnis. Atau ada yang membuka hape hanya jelang tidur saja. Ada yang aktif komunikasi di medsos ada yang cukup seperlunya saja. Semua tentu ada keoentingannya. Penulis tidak berhak menilai dan tulisan ini hanya sebagai monolog yang semoga manfaat. Matur nuwun sedia membaca. Selamat berakhir pekan. Wassalam.

______ Sabtu, 15 juli 2023 / 26 Dzulhijjah 1444 H.

Gus Miftah dan Gaya Bicara untuk Orang Pinggiran

Nik durung entek es tehmu, yo konoo terusno dodol,....goblok .. (Kalau es tehmu belum habis, ya sana teruskan jual  ..goblok ...) ...ha ha h...