Bambang S. Mantup
Ikan bergembira di dalam ai
Siapa yang tak pernah merasa cemas atau khawatir? Siapa yang sering mengeluh atau sambat? Apa saja yang umumnya membuat orang cemas? Hmm…kira-kira kecemasan itu wajar atau tidak? Buruk atau baik? Coba masing-masing mendata atau membuat daftar hal-hal yang pernah mengkhawatirkan bahkan rasanya mau bikin stres. Atau saat ini sedang mencemaskan apa saja? Tulisan ini tak hendak ‘nggugah macan turu’, membangkitkan kesedihan di malam minggu, mengusik luka lama, atau semacamnya beserta variannya. Ini sekedar merangkai kalimat dari usaha menalar apa yang wajar kita rasakan.
Perasaan cemas atau was-was kita alami apabila mengkhawatirkan sesuatu. Yang dikawatirkan adalah sesuatu yang belum terjadi atau bahkan hal yang belum tentu terjadi. Yang dikhawatirkan khususnya menyangkut keadaan diri di masa yang akan datang, atau tentang keadaan orang yang dicintai. Bila yang dikhawatirkan adalah orang di luar dirinya, mungkin saja yang bersangkutan justru sedang hepi saja. Misalnya, kita mencemaskan orang yang berpiknik ria. Padahal mereka itu sedang bersenang-senang. Atau mereka itu safar dengan penuh dzikir dan syukur serta tadabbur ayat-ayat Tuhan.Kecemasan terhadap hari depan diri dan orang lain oleh karena itu tak selalu perlu.
Hal yang membuat seseorang cemas di antaranya adalah pengetahuannya terhadap hal yang dianggap belum pas. Ia melihat kekurangan yang benar-benar ada dan terlihat atau yang dianggap ada meski belum pasti sebagai sesuatu yang mengancam kesenangan hidup. Ia takut tak bahagia oleh sebab sesuatu yang mungkin akan terjadi. Kecemasan ini pun otomatis telah mengurangi kebahagiaannya yang sekarang. Ia kini sedang mengalami ketidaktenangan hidup. Bila yang dikhawatirkannya benar-benar terjadi maka ia mengalami kegalauan yang panjang. Bila yang dikhawatirkannya tak terjadi, maka ia sudah mengalami kegalauan sekarang yang seharusnya tidak perlu.
Setiap kita sebetulnya dapat melihat ulang apa saja yang pernah kita cemaskan dalam hidup kita. Pada saat satu kecemasan masih menghantui diri, tak jarang datang lagi ecemasan yang baru. Orang yang suka mengeluh kemudian akan menyampaikan keluhan yang baru itu. Sedikit-sedikit mengeluh, sedikit-sedikit sambat. Mengeluh dan sambat koq sedikit, begitu kata pelawak. Bila hobbynya begitu, kapan syukurnya? Itu pertanyaan kita yang tidak suka mendengar keluhan. Tentunya kita pun tak suka mengeluh tetapi berusaha selalu mensyukuri nikmat Tuhan yang tak terhitung yang dikaruniakan untuk kita.
Apabila kita berusaha bersabar dan menyampaikan keluhan hanya kepada Allah, kita akan dimampukan menghadapi setiap urusan secara proporsional. Lebih kurang demikian taushiah para ustadz. Selama hayat di kandung badan, masalah dan urusan baru akan terus datang dan kita harus belajar yakin semua akan dapat dilalui. Kita masing-masing dapat ambil contoh, dalam sebulan ini saja apa saja yang kita pernah cemaskan. Kita akan sadar bahwa saat yang lama belum selesai sudah datang yang baru. Pada akhirnya alhamdulillah terbukti semua pun dapat kita lewati.
Ibarat seorang siswa atau mahasiswa yang sedang menghadapi ulangan atau ujian, semula mungkin grogi melihat soal-soal di nomor awal. Sedangkan sewaktu melihat pertanyaan berikutnya yang banyak, yang nomor awal tadi pun tak jadi dirisaukan. Boleh dikata, semua soal dapat diselesaikan dengan sungguh-sungguha atau ngawur saja, bahkan bonek dilewati saja. Jangan khawatir, setelah ini dan seterusnya masih ada soal-soal yang baru.
Akhirnya, tulisan pendek ini tidak ditutup dengan kunci jawaban soal atau solusi. Kita yakin saja Allah tidak menguji, memberikan soal atau persoalan, kepada seseorang kecuali sesuai keadaan, kesanggupan atau kemampuannya. Laa yukallifullaahu nafsan illaa wus'aha. Wallaahu a'lam.
_____
Lamongan, Sabtu 11 Muharram1445 H / 29 Juli 2023
Tidak ada komentar:
Posting Komentar