https://drive.google.com/file/d/1qanE-GTuMLU08Sccn6b1gpU-9A2UHmH_/view?usp=sharing
Google drive di atas terbuka. Silahkan yang berkenan menengok isi majalah sekolah yang selama 18 tahun terbit rutin tanpa putus.
Blog ini adalah tempat berkreasi dan menyalurkan gagasan yang diharapkan bermanfaat. Bambang Sugiharto.
https://drive.google.com/file/d/1qanE-GTuMLU08Sccn6b1gpU-9A2UHmH_/view?usp=sharing
Google drive di atas terbuka. Silahkan yang berkenan menengok isi majalah sekolah yang selama 18 tahun terbit rutin tanpa putus.
Alhamdulillaah sambil menunggu hujan reda, di teras masjid saya, juga ketua takmir, mengobrol dengan jamaah lain seorang musafir. Beliau dahulu sering kali shalat Dhuhur di masjid dekat rumah karena si Bapak yang berjenggot ini bertugas di salah satu kantor yang ada di desa Mantup, ibukota kecamatan, ini. Kebetulan saat itu di tempat kerjanya belum ada mushala yang nyaman, representative, seperti yang sekarang ada. Sebut saja beliau adalah Pak Slamet yang kini sudah pensiun atau purna tugas maka ia yang tinggal di kecamatan lain ini tidak lagi rutin ikut janaah Dhuhur. Bila bepergian saja dan melewati Mantup, maka Pak Slamet sering berencana dan berancang-ancang shalat di masjid kami ini. Seperti yang terjadi hari ini.
Ada yang menarik berjumpa Pak Slamet. Dari mengobrol dan guyon, selain mendapatkan pengetahuan dan pengalan yang macam-macam, saya memperhatikan bagaimana beliau terlihat sehat, awet muda dan penuh semangat. Pak Slamet mengaku rajin berolah raga badminton bahkan sepekan 2-3 kali. Mungkin kita boleh bilang maklum waktunya longgar sebagai pensiunan, meski faktanya tak banyak pensiunan yang demikian. Selain itu, beliau juga mengaku mensyukuri atas apa saja yang ada. Orangnya suka berbicara lepas seperti saat bertemu kami, tetapi pembicaraan yang berisi dan bermanfaar. Perlu dicatat pula Pak Slanet bersemangat dalam belajar, mengaji dan beribadah.
******
Berikut ini cerita lainnya.
Bila Subuh jalan kaki ke masjid, saat menengok ke kiri jalan ke salah satu rumah di depan mini market, sering kali saya melihat tetangga yang di balik pagar rumahnya sedang keluar rumah dari pintu depan, berkursi roda. Beliau menuju kran air di kanan teras untuk mengambil air wudhu. Bila kebetulan menatap ke jalan, saya menyapa beliau. Sebelumnya, si Bapak yang pensiunan tentara itu jugavke masjid. Biasanya beliau ke masjid lebih suka dengan mengayuh sepeda gunung. Ceritanya, beliau punya sakit pada kaki, oleh karena itu maka kurang suka berjalan. Pada akhirnya, ternyata salah satu kakinya harus diamputasi, dipotong pada lutut
*******
Banyak yang setelah berusia 50 tahun ke atas baru menyadari makna atau nilai kesehatan. Tidak semua, tetapi pada fase ini umumnya orang sudah mengalami penurunan atau bahkan gangguan kesehatan badannya. Minimal stamina atau daya tahan, kebugaran kekuatan fisiknya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Atau paling tidak, rambutnya mukai tumbuh uban. Bahkan ada pendapat sejak usia 34 tahun merupakan titik awal penurunan kesehatan. Ada yang tak kentara ada pula yang cukup signifikan.
Nikmat kesehatan adalah nikmat terbesar kedua setelah nikmat iman, demikian sering kali kita membaca atau mendengar. Betapa berharganya nilai sehat, maka berapa pun harta yang dimiliki sering kali dipertaruhkan untuk mengupayakan kesehatan yang sedang berkuramg. Betapa banyak cerita bagaimana kesediaan mengorbankan harta' dan waktu untuk berobat atau mendapatkan kesehatan.
Sayang sekali, dari sebuah hadits yang in sya Allah shahih, dua hal yang sering dilalaikan untuk disyukuri adalah nikmat kesempatan dan nikmat sehat. 'Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu yakni nikmat sehat dan waktu senggang'. (HR. Bukhari no. 6412 dari Ibnu Abbas)
__________
Mantup, Rabu 27 Desember 2023.
Saya masih duduk belum selesai berdzikir dan berdoa, terdengar mereka, yang kayaknya banyak, yang menganbil air wudhu atau ke toilet. Salah satu tetangga jamaah yang menanya dijawab oleh mereka dan menahulah saya mereka adalah anak-anak muda. Wajar saja deru motor meteka terdengar tidak kalem, sebagaimana bila orang-orang tua yang mengendarai pasti tenang dan terdengar kehatj-hatiannya. Alhamdulillaah biarpun demikian suara mereka tak terkesan mengganggu, knalpot mereka tidak blong-blongan dan mereka tidak mem-blaier gas
Saat saya bangkit meninggalkan tempat shalat, saya melihat mereka sudah mulai shalat. Salah satu di depan memimpin shalat sebagai imam. Sekitar lima temannya berdiri di belakang sebagai makmum. Saya melangkah keluar masjid, saya lihat satu dua bersegera menyusul turut berjamaah dan ada yang masih berwudhu bahkan mungkin juga ada yang masih di kamar mandi.
Saya turun dari masjid, saya lihat hampir sepuluh sepeda diparkir di halaman. Ada beberapa ransel besar yang ditaruh di atas dan di bawah sebagian sepeda motor. Ada juga rsnsel yang ditaruh di teras masjid. Saya sempatkan menanya pada salah satu anak yang baru selesai berwudhu, dari mana dan mau kemana. Ia jawab dari daerah Lamongan pantura dan mau ke Pacet Mojokerto. Saya paham mereka mau camping akhir tahun. Saya tak tanya banyak-banyak karena dia perlu segera ikut jamaah. Saya senyum dan dia juga senyum hormat pada orang yang lebih tua.
Saya tulis ini sebagai kegiatan awal hari ini sambil menunggu kiriman air galon yang saya pesan. Kejadian itu perlu dicatat sekedar untuk berlatih menulis atau juga untuk mencatat kejadian kebaikan yang ada. Keburukan saja ada yang suka menyampaikan why not yang kebaikan? Pagi ini saya pun melihat Pak Profesor menyapa para santri murid pembelajar di group komunitas IRo dengan sapaan sugeng enjang. Sebuah video menarik dan bagus juga ditampilkan oleh beliau.
(Foto ilustrasi beda tempat dan obyek tulisan.)
_________
Mantup, Rabu Pagi pkl. 5.30 tgl. 27 Des. 2023
_________
Di pinggir salah satu jalan raya terpampang sebuah baliho banner dari seorang caleg. Tidak melihat seksama nama caleg, dari partai mana, serta untuk perwakilan dan tingkatan mana. Sambil melintas, saya lebih tertarik membaca kutipan kalimat di sebelah gambar calon legislatif itu. Lebih kurang seperti ini: 'Saya mengawali hari dengan sarapan pagi karena ketika saya mengawali dengan tersenyum pada pukul 10 perut saya mules."Kata 'tersenyum' tercetak beda warna dan mencolok.
Sepertinya pernah baca sebelumnya, entah di mana, saya sekedar menduga itu mengutip saja, entah ungkapan dari siapa dan di mana, tidak yakin saja itu dari si caleg. Itu tidak penting dan bukan fokus bahasan. Saya hanya tertarik kesan membandingkan antara (ber-) sarapan (makan pagi) dan tersenyum, untuk mengawali (beraktivitas) (di pagi) hari. Ada semangat bagaimana menjalani hidup di suatu hari dengan pilihan sikap atau perbuatan. Tersirat ada upaya melalui waktu yang berjalan di hari itu dengan sadar, menyengaja dan tidak mengatakan entah apa nanti, mengalir saja sekenanya
Tentu saja itu bila kita menanggapi tulisan pada baliho tadi dengan serius. Boleh juga bila ada yang menganggap tulisan tersebut sekedar cari sensasi. Tidak untuk ditanggapi serius atau sungguh-sungguh. Aah .... tersenyum itu selalu perlu, baik dan sehat. Senyum juga termasuk shadaqah, beribadah. Beruntunglah yang suka ikhlas tersenyum. Asal jangan tersenyum tanpa alasan atau tanpa niat menebar kebaikan. Sementara sarapan atau makan pagi adalah kebutuhan. Tanpa makan pagi kita bertanya dari mana sumber energi untuk aktivitas bergerak dan berpikir. Nah keduanya, sarapan dan tersenyum, adalah penting dan merupakan kebutuham. Keduanya tidak untuk dibandingkan atau tidak untuk menggantikan satu dengan lainnya.
Penulis terbiasa, setelah bangun dan shalat Subuh, makan pagi atau sarapan sekitar pukul 5.15. Alhamdulillah itu menunjukkan ibunya anak-anak rutin rajin masak. Namun untuk sebagian orang, makan pagi jam sekian itu terlalu awal, belum lapar. Sedangkan untuk kami, biarpun belum lapar tetapi kami harus segera makan agar dapat melanjutkan mempersiapkan diri ke sekolah atau tempat kerja. Aoalagi tempat kerja istri lebih jauh dari pada tempat saya. Semoga kami pun dapat menjalani hari-hari yang ada dengan tersenyum.
_______
Mantup, Kamis 7 Desember 2023.
Saya berniat bila longgar saya ingin menulis lagi. Cukup lama saya tidak memposting satu artikel di group IRo Society. Saya hitung kurang lebih empat bulan tidak menampilkan karya tulis. Ini adalah suatu warning untuk saya pribadi agar tidak menjadi pembelajar (kepenulisan) yang mandeg, tidak bergerak, tidak beraktivitas kreatif atau tak produktif, tak menghasilkan karya. Sungguh patut dipertanyakan bila demikian. Itu adalah untuk kepentingan saya sebagai pembelajar yang perlu di-support dan dimotivasi bahkan dipacu untk banyak berkarya.
Alhamdulillaah saya tidak benar-benar mandeg. Meskipun tidak menampilkan karya di group komunitas tetapi saya masih menulis untuk kebutuhan majalah sekolah. Sebagai pengelola, saya biasa mengisi rubrik editorial yang kemudian saya ubah namanya menjadi rubrik salam redaksi. Di sini saya tidak menulis panjang karena hanya untuk satu halaman saja, halaman ketiga bila dimulai sampul depan. Di rubrik ini saya sering mengawali dengan menyampaikan gagasan saya secara pendek, sekitar 400 - 500 kata. Lalu di paragraf terakhir saya gunakan untuk mengantarkan pembaca menikmati sajian edisi baru yang ada.
Terkait dengan tema tulisan yang saya buat , kadang kala atau lebih tepatnyacsering kali mengalami perubahan atau perkembangan dari rencana awal. Judul berubah dan demikian pula isinya. Seperti apa rupa majalah yang akan terbit nantinya, itu pun selalu memuncukan penasaran. Saya tak jarang bilang bahwa menunggu majalah yang akan terbit ibarat menanti kelahiran seorang bayi. Kita penuh pengharapan dan tentu tak boleh lepas berdoa. Yang disebut kreativitas rupanya ikhtiyar semata dari kita, agat Allah menyampaikan ilham dan kemampuan kita mengekspresikan gagasan kita. Sebagai penulis, ilham itu akan berwujud dalam bentuk tulisan. Hasil kreativitas adalah maunah Allah, pertolongan Allah, begitu kata Pak Haji Rhoma Irama. Memang benar-benar atas pertolongan Allah. Para seniman lainnya, yang jujur dan rendah hati, juga mengakui bahwa sebenarnya semua karya atau yang sering disebut hasil kreativitas adalah dari Allah subhaanahu wata'ala. Ma sya Allah.
Mantup, Selasa 5 Desember 2023
Nik durung entek es tehmu, yo konoo terusno dodol,....goblok .. (Kalau es tehmu belum habis, ya sana teruskan jual ..goblok ...) ...ha ha h...