Alhamdulillaah sambil menunggu hujan reda, di teras masjid saya, juga ketua takmir, mengobrol dengan jamaah lain seorang musafir. Beliau dahulu sering kali shalat Dhuhur di masjid dekat rumah karena si Bapak yang berjenggot ini bertugas di salah satu kantor yang ada di desa Mantup, ibukota kecamatan, ini. Kebetulan saat itu di tempat kerjanya belum ada mushala yang nyaman, representative, seperti yang sekarang ada. Sebut saja beliau adalah Pak Slamet yang kini sudah pensiun atau purna tugas maka ia yang tinggal di kecamatan lain ini tidak lagi rutin ikut janaah Dhuhur. Bila bepergian saja dan melewati Mantup, maka Pak Slamet sering berencana dan berancang-ancang shalat di masjid kami ini. Seperti yang terjadi hari ini.
Ada yang menarik berjumpa Pak Slamet. Dari mengobrol dan guyon, selain mendapatkan pengetahuan dan pengalan yang macam-macam, saya memperhatikan bagaimana beliau terlihat sehat, awet muda dan penuh semangat. Pak Slamet mengaku rajin berolah raga badminton bahkan sepekan 2-3 kali. Mungkin kita boleh bilang maklum waktunya longgar sebagai pensiunan, meski faktanya tak banyak pensiunan yang demikian. Selain itu, beliau juga mengaku mensyukuri atas apa saja yang ada. Orangnya suka berbicara lepas seperti saat bertemu kami, tetapi pembicaraan yang berisi dan bermanfaar. Perlu dicatat pula Pak Slanet bersemangat dalam belajar, mengaji dan beribadah.
******
Berikut ini cerita lainnya.
Bila Subuh jalan kaki ke masjid, saat menengok ke kiri jalan ke salah satu rumah di depan mini market, sering kali saya melihat tetangga yang di balik pagar rumahnya sedang keluar rumah dari pintu depan, berkursi roda. Beliau menuju kran air di kanan teras untuk mengambil air wudhu. Bila kebetulan menatap ke jalan, saya menyapa beliau. Sebelumnya, si Bapak yang pensiunan tentara itu jugavke masjid. Biasanya beliau ke masjid lebih suka dengan mengayuh sepeda gunung. Ceritanya, beliau punya sakit pada kaki, oleh karena itu maka kurang suka berjalan. Pada akhirnya, ternyata salah satu kakinya harus diamputasi, dipotong pada lutut
*******
Banyak yang setelah berusia 50 tahun ke atas baru menyadari makna atau nilai kesehatan. Tidak semua, tetapi pada fase ini umumnya orang sudah mengalami penurunan atau bahkan gangguan kesehatan badannya. Minimal stamina atau daya tahan, kebugaran kekuatan fisiknya tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Atau paling tidak, rambutnya mukai tumbuh uban. Bahkan ada pendapat sejak usia 34 tahun merupakan titik awal penurunan kesehatan. Ada yang tak kentara ada pula yang cukup signifikan.
Nikmat kesehatan adalah nikmat terbesar kedua setelah nikmat iman, demikian sering kali kita membaca atau mendengar. Betapa berharganya nilai sehat, maka berapa pun harta yang dimiliki sering kali dipertaruhkan untuk mengupayakan kesehatan yang sedang berkuramg. Betapa banyak cerita bagaimana kesediaan mengorbankan harta' dan waktu untuk berobat atau mendapatkan kesehatan.
Sayang sekali, dari sebuah hadits yang in sya Allah shahih, dua hal yang sering dilalaikan untuk disyukuri adalah nikmat kesempatan dan nikmat sehat. 'Ada dua kenikmatan yang banyak manusia tertipu yakni nikmat sehat dan waktu senggang'. (HR. Bukhari no. 6412 dari Ibnu Abbas)
__________
Mantup, Rabu 27 Desember 2023.
1 komentar:
Posting Komentar