Selasa, 12 Maret 2024

Menunggu Hujan Berpahala Haji & Umrah Secara Sempurna


Shalat Subuh belum usai saat terdengar tiba-tiba hujan mengguyur. Selesai salam dan berdzikir hampir tak ada jamaah yang lansung pulang. Hujan cukup deras. Meski yang rumah dekat, tetangga masjid, tetap berpikir akan alami basah kuyup bila nekad pulang menerobos hujan. Tidak ada yang membawa payung karena sewaktu selesai makan sahur dan memenuhi panggilan adzan Subuh tidak ada yang menyadari jika kondisi mendung. Akibatnya, pada salat Subuh yang di bulan Ramadhan seperti ini diikuti lebih banyak orang dibanding hari-hari biasa, seluruh jamaahnya 'kebetheng', terjebak hujan, tak dapat langsung pulang.

Usai shalat Subuh masih gelap, sebagian jamaah ada yang kemudian duduk-duduk di belakang dari bagian dalam ruang masjid. Ada yang duduk santai di teras melihat hujan. Di antaranya ada yang ngobrol, bercengkerama, dengan jamaah lain, ada pula yang diam santai saja seakan menikmati pagi.Tampaknya tak ada, yang pegang HP he.. he... Ada juga yang memanfaatkan kesempatan ini dengan segera mengambil Al Qur'an, mengaji "nderes" atau tadarus di bulan suci.  Apalagi hari ini adalah di antara hari-hari libur awal puasa untuk pelajar sekolah dan sebagian pegawai sipil negara. Di shaf pertama dan kedua masih ada beberapa jamaah yang masih bertahan, meneruskan  berdzikir.

Penulis teringat apa yang dilakukan seorang tetangga, jamaah, yang pada bulan-bulan puasa dulu bersama satu -dua jamaah lainnya sesekali berlama-lama di masjid, berdzikir, iktikaf, atau membaca Al Qur'an, atau menunggu,  hingga matahari terbit awal, syuruq, atau awal Dhuha. Iktikaf di masjid demikian kemudian diakhiri dengan shalat syuruq. Pak Ustadz anggota takmir yang berkesempatan pernah melaksanakan haji dan umrah ini mengingatkan penulis terhadap sebuah hadits bahwa berdzikir di masjid dari Subuh hingga syuruq, yang lebih kurang satu jam saja itu pahalanya sama dengan menunaikan haji dan  umrah ke tanah suci. 

Penulis pun tersadar bahwa agama itu bersifat adil menawarkan berbagai jenis ibadah untuk dijalankan oleh berbagai jenis, keadaan atau latar belakang hamba Allah. Semua berkesempatan mencapai taqwa. Bila haji dan umrah tidak ada balasannya kecuali surga, bagaimana dengan yang tidak mampu (istitha'ah) secara materi atau pun kesehatan? Hadits itulah di antara jawaban bahwa Allah Maha Adil, Maha Penyayang, Maha Penyantun, dalam menguji dan mensyukuri perbuatan-perbuatan baik, atau amal shalih, atau ketaatan dan keikhlasan  umat Rasuulullah Muhammad shalallaahu 'alayhi wasallam. Semoga kita semua menjadi hamba Allah yang bertaqwa  Aamiin.

Hadits yang dimaksud penulis di atas adalah sebagai berikut: 

Sabda Rasulullaah Muhammad shalallaahu 'alayhi wasallam seperti dikatakan Anas radliyallaahu 'anhu: 

'Barang siapa shalat Subuh berjamaah, lalu berdzikir kepada Allah subhaanahu wata'ala hingga terbit matahari, kemudian ia shalat dua raka'at, maka amalan itu sama dengan pahala menunaikan haji dan umrah secara sempurna, sempurna dan sempurna.' (HR. At Tirmidzi dan ia mengatakan hadits ini hasan.)

________________

Selasa, 2 Ramadhan 1445 H / 12 Maret 2024

Tidak ada komentar:

Gus Miftah dan Gaya Bicara untuk Orang Pinggiran

Nik durung entek es tehmu, yo konoo terusno dodol,....goblok .. (Kalau es tehmu belum habis, ya sana teruskan jual  ..goblok ...) ...ha ha h...