Selasa, 28 Mei 2024

Ada Balasan Kontan di Tanah Suci (?)



Kebanyakan kita tentu takut mendapatkan kesulitan, musibah, atau hal yang tak menyenangkan di mana saja, termasuk saat bekesempatan ditakdirkan, dipanggil menjadi tamu Allah, dhuyuufu Ar Rahman,  menunaikan haji di Tanah Suci Baitullah. Banyak cerita kesulitan hidup di keseharian kita di tempat masing-masing,  begitu pula cerita kejadian, besar atau kecil, saat di Makkah dan Madinah. Pengalaman jamaah haji selama tinggal sekitar 40 hari di kota tempat kelahiran dan kota tempat hijrah Rasuulullah Muhammad shalallaahu 'alayhi wasallam boleh diperhatikan ceritanya. 

Ada ungkapan bahwa saat berhaji di Tanah Suci kesalahan kita dibayar kontan, langsung mendapat balasan, implikasi, baik itu sifatnya teguran agar kita kembali kepada-Nya,  atau mungkin hukuman. Entah istilah apa yang tepat, itu terkait pandangan bahkan anggapan, dari yang mengalami atau yang membahas.  Seremkah itu? Terus terang barangkali ada yang lantas ketar-ketir, khawatir, takut, atau mungkin tak ambil pusing dan  pura-pura tak menahu tentang cerita-cerita tersebut.

Ada satu orang terjebak di lift, kabarnya itu salah satu dari tiga kejadian di lift,  dari ribuan kali naik turunnya lift yang sudah bagus dan canggih. Seorang ketua regu bercerita bahwa sewaktu si Bapak itu sendirian di dalam lift, tentu untuk suatu keperluan, si Bapak sempat berpikir tentang lift hotel berlantai 16 ini, yang ada banyak, 10 lift, untuk ribuan penghuni, cukup modern dan berfungsi semua. Beliau membayangkan bagaimana jika liftnya macet. Seketika itu juga lift yang ia tumpangi itu berhenti, tidak bergerak naik atau turun. Pasti paniklah ia. Asytaghfirullaah. Beruntung ia membawa HP dan menghubungi teman untuk disampaikan pada managemen hotel. Alhamdulillaah. 

Seorang ketua regu sempat hampir 2 kali tidak mempetoleh jatah makan. Itu bukan karena jatah dia tidak ada tetapi karena yang pertama ada salah data dan salah distribusi di awal-awal tinggal di pemondokan. Yang kedua adalah karena ada pekerja (kebersihan) hotel yang kelaparan sehingga  terambilah jatah sang ketua. Keduanya bukan kesalahan mas ketua regu yang menggantikan almarhumah ibundanya. Kenapa iti terjadi hanya padanya? Karena di antara sekian jamaah yang membawa beras dari rumah hanya dirinya. Dari sejak manasik diberitahu bahwa jamaah akan mendapatkan pelayanan makan 3 kali atau setiap waktu makan sejak meninggalkan keluarga sampai pulang kelak. Kenapa masih bawa bahan untuk dimasak? Nah, itulah ujian agar  berasnya terpakai. Diomongi demikian si mas mahasiswa semester 6 ini  tertawa .oooh ..iyaa.. Yang pertama dulu beras telah ditanak, yang kedua baru dituang ke ruce cooker, jatah pun tiba. Alhamdulillaah ada senyuman paham...

Selama hampir sepekan di kota Nabi, di Madinah Al Munawwarah, penulis hampir tak pernah men-share kegiatan perjalanan ibadah di media sosial. Hari-hari pertama tentu penuh penyesuaian, waktu terasa padat. Apalagi ada rasa yang tertanam bahwa di sini ada makam manusia termulia. Penulis berusaha sadar agar berhati-hati untuk menjaga hati, jaga niat ibadah, jangan sampai riya', pamer atau sombong, tidak lillaahi ta'ala. Teman-teman dekat pun di antaranya sejak sevelum berangkat memberikan bekal pesan mengenai hobby atau kebiasaan penulis tersebut. Rupanya satu saat tangan penulis gatal he he..

Penulis memposting video detik-detik pesawat yang kami tumpangi  saat take off, terbang tinggal landas menuju Tanah Suci. Maklumi saja, itu baru kali kedua penulis naik pesawat. Yang pertama menaiki pesawat mandeg di sebuah obyek wisata tak jauh dari rumah. Sebelumnya penulis unggah video tersebut di salah satu kanal you tube penulis, koq dapat respon baik dari paea viewers. Di akhir pekan, penulis share itu di status WA. Masih pengin eksis lagi, esoknya, setelah salat Subuh penulis memvideo ibunya anak-anak yang sedang  mengambil air zam-zam di salah satu tempat di pelataran Masjid Nabawi. Di situ salah satu tempat jamaah wanita. Kaget, seorang askar melarang penulis  melakukan itu.  Penulis sadar,  yang tertangkap kamera saya tentu tak hanya istri penulis. Penulis pun hanya men-share video itu ke anak-anak.

Masih sibuk dengan HP, jelang salat qabliyah Dhuhur penulis sempatkan buka HP lalu mematikan dan nenaruh di tas sandal. Saat salat penulis merasa lebih baik dari jamaah yang hp-nya berdering saat salat. Tentu suara musik hp itu mengganggu kekhusukan jamaah di sekitarnya. Ketika keluar masjid bersama salah satu jamaah sekamar, waktu sampai di pintu keluar, penulis ambil sandal dari ransel wadah sandal Innalillaahi ...hp penulis jatuh dan hampir terinjak jamaah lain. Selama perjalanan pulang ke hotel penulis tenang saja karena yakin tadi tidak terinjak dan jatuhnya pun di atas jalyr  karpet karet untuk jalan, tidak keras juga. 

 Betapa kagetnya saat di penginapan penulis menyalakan hp, tidak ada tanda hidup. Panik, ini di negeri orang. Di mana ada repair servis? Komunikasi di sini pun harus Bahada Arab, in sya Allah tak terlalu sulit bila Bahasa Inggris.  Asytaghfirulaah. Mencoba tenang, penulis sampaikan itu pada salah satu petugas haji Indonesia .....Beliau geleng kepala... Alhamdulillaah salah datu crew chef yang asal Iqndonesia tanggap dan meminta hp penulis, menjanjikan 2 hari ke depan in sya Allah  hp selesai. Toh lenulis masih lama di Madinah, katanya. Bersyukur di hari ketiga hp diantar ke kamar penulis. Setelahnya, penulis menggunakan perangkat teknologi komunikasi ini dengan berusaha rasional, untuk kemanfaatan dan jangan sampai merusak nilai ibadah. Allaahumma a'inniy 'alaa dzikrika wasyukrika wahusniy 'iibaadatika. 

Merasa punya daya tahan kuat, berkali-kali mengikuti jalan sehat puluhan kilometer, napak tilas perjuangan, penulis merasa jalan kaki ke masjid Nabawi sejauh750 meter dari penginapan tak terlalu memberatkan. Sering kali muncul rasa tak sabar membarengi para jamaah yang jalan pelan, karena sakit atau sepuh. Qadarallaah kaki penulis bagian belakang pecah-pecah dan sakit bila untuk menginjak. Otomatis penulis jalan jinjit-jinjit dan tak dapat cepat. Penulis  berusaha belajar tentang bagaimana harus bersyukur dan sabar dalam hal kesehatan dan kebugaran fisik.

Cerita-cerita keseharian ibadah jamaah haji pasti tak semua dapat terangkaikan dengan kata-kata. Bila ada yang sifatnya teguran in sya Allah itu lebih baik dari pada yang kitacalami adalah istidraj, kesenangan, krlancaran,  yang justru sejatinya kita tengah dibiarkan tanpa petunjuk. Na'udzubillaah mindzaalik. 

Beberapa yang disampaikan dalam tulisan ini tak dapat mewakili pengalaman jamaah haji apalagi untuk digeneralisasi  semua jamaah akan seperti atau seperti itu. 

Ketundukan kepada Allah, kecintaan kepada Rasulullaah, muhasabah atau refleksi, mawas diri, semangat pertaubatan dari setiap orang sungguh dalam tak selalu terungkapkan bahkan  oleh diri masing-masing. Allaahu a'lamu maa laata'lamuun.  Semoga semua ibadah kita maqbuulan mabruuran. Aamiin

___________

Makkah Al Mukarramah,Jawharat Altawheed Hotel, 8 Mei 2024     


Kamis, 23 Mei 2024

Bagai (Calon) Pengantin? Perasaan Menjadi (Calon) Tamu Allah, Dhuyuufu Ar Rahman


______

Betapa berkeccamuknya perasaan orang yang akan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Itu khususnya untuk yang sebelumnya tidak pernah umrah ke  Baitullah atau bahkan belum pernah naik pesawat kecuali naik pesawat mandeg di sebuah obyek wisata di tetangga kecamatan di pinggir hutan he he. Calon haji bertanya macam-macam untuk mendapatkan gambaran bagaimana kelak di negeri Arabia, tempat lahir serta tempat hijrah Rasulullah. Apa pun yang telah didengarkan dan dibacanya tidak pernah membuat dirinya merasa cukup. Tetap saja ada pertanyaan-pertanyaan yang  terus muncul. Penasaran, curious, takut, khawatir, syukur, bahkan bangga serta riya' mungkin saja bercampur jadi satu. Selalu memohon petunjuk dan dzikir kepada Allah yang mampu menenangkan dan mengantarkannya hingga saat keberangkatan. Labbaika Allaahumma labbaik. 

Rasa penasaran agaknya tak seluruhnya terkait dengan kaifiyah atau tata cara menunaikan yang tentu belum banyak dikuasai, yang harus lebih banyak dibaca, dipelajari dan dipahami. Berkecamuknya perasaan hati tadi adalah gejolak di dada antara rasa ingin berbadah, keinginan untuk tunduk kepada Sang Pencipta segala yang di langit dan di bumi, rasa cinta kepada Allah dan kepada Rasul-Nya, rasa takut terhadap adzab-Nya bagi orang yamg ingkar dan  dzalim, serta rasa syukur dan senang sebagai hamba yang dikaruniakan kenikmatan yang tak terhitung. 

Tertarik dengan salah satu ucapan seorang pemateri bimbingan manasik dulu. Bahwa seorang calon haji itu seperti calon pengantin....wow....entah penulis lupa dalam hal apa, tapi di sini mencoba mengira-kira. Sudah banyak orang menikah, menjadi pengantin, tetapi setiap pengantin baru sepertinya merasa dirinya saja yang akan menikah, istimewa sekali... Hmm...barangkali itu perasaan penulis dan sebagain oang saja he he...  Padahal telah ribuan atau bahkan jutaan orang Indonesia, kaum muslimin, yang telah menunaikan rukun Islam kelima beribadah haji ke Tanah Suci Makkah. Lebih banyak lagi yang antri ingin kesana. Para calon tamu Allah karenanya pantas merasa bersyukur memperoleh senacam keistimewaan itu. Semoga hajinya maqbulan mabruran. Aamiin.

Melaksanakan rukun Islam kelima adalah kewajiban sekali seumur hidup untuk yang mampu. Tidak semua orang masuk kategori mampu secara ekonomi, terkait biaya ibadah haji, atau pun mampu secara kesehatan. Yang acap kali dijadikan motivasi untuk para jamaah yang telah berniat dan akan berangkat adalah betapa banyak orang yang sebetulnya mampu secara biaya dan kesehatan, namun belum terdaftar, belum menjadi calon jamaah haji. Ada pula yang sudah bertahun-tahun mendaftar tetapi belum tiba jadwal kesempatannya. Diberitakan bahwa bila sekarang mendaftar maka 34 tahun lagi baru dapat berangkat, ma sya Allaah. 

Berkesempatan menunaikan ibadah haji sungguh wajib disyukuri. Allah telah memberikan hidayah, petunjuk kebenaran dan kebaikan, dalam hidup kita. Allah pun mengkaruniakan kemampuan (istitha'ah) dapat membayar biaya perjalanan, akomodasi, fasilitas dan berbagai pelayanan, serta kita dinyatakan sehat layak berangkat. Tak jarang yang mengeluhkan besaran BPIH? Maka ada kabar penundaan kepergian  terkait itu.  Sementara ada yang berkemampuan dalam biaya namun kesehatan tidak memungkinkan. Ada juga yang berharap dan siap, tetapi Allah panggil ke alam barzakh lebih dulu sebelum sempat berangkat ke Tanah Suci. Innalillaahi wainna ilayhi raaji'uun. Tak sedikit anak-anak mereka yang kemudian menggantikan. Sampean masih muda koq sudah kesini (berhaji)? Saya menggantikan ibu yang wafat, Pak. Yang lain mengaku mengganti bapaknya, dan sebagainya. Berbagai macam keadaan orang terkait ibadah ini. Laahaula walaaquwwata illaabillaah.

Rangkaian tata cara atau manasik ibadah haji yang dituntunkan Rasuulullah Muhammad shalallaahu'alayhi wasallam adalah menapak tilasi sebagian kisah hidup perjalanan hidup Nabiyyullaah khalilullaah Ibrahim 'alayhi salam dan keluarganya. Sebagaimana ibadah lainnya seperti shalat, puasa, zakat, maka tak secukup dijalani saja,  namun di dalamnya ada nilai-nilai yang akan memberikan manfaat dan pendidikan untuk yang menjalankannya dengan ikhlas dan baik. Diingatkan dalam Al Qur'an bahwa sebaik-baik bekal adalah ketaqwaan. Bila kita merasa berat melakukan sa'i , berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwa, ibunda Nabiyyulaah Ismail alayhi wassalam pasti lebih berat. Di tengah padang tandus sang bayi kehausan. Rasa kasih seorang ibu membuatnya berlari kesana kemari mencari seteguk air di tengah padang pasir. Seorang suami menerangkan pada istrinya saat istirahat sejenak di akhir jalan sa'i.  (Seperti) Ini sepenggal rukun yang tak hanya untuk dijalani tetapi untuk digali maknanya. Itu penulis teringat pesan Pak Ustadz, teman yang sedikit-sedikit penulis tanya soal fikih, syariat dan banyak isu agama kepadanya.

Melihat betapa istimewanya seseorang berangkat ibadah ke Tanah Suci, menjadi tamu Allah, maka kesempatan yang didapat harus dilaksanakan dengan penuh syukur dan tawadhu'. Setiap calon haji berikhtiyar membekali diri diri dengan ilmu yang cukup  adalah amat penting selain menyiapkan diri dengan menjaga kesehatan, menyelesaikan amanah-amanah, atau mengatur berbagai urusan yang menjadi tanggung jawabnya.

Akhirnya, setiap jamaah yang telah berada di Tanah Suci harus sadar bahwa ia akan kembali ke dalam samudera atau hutan belantara kehidupan yang penuh tantangan. Di keseharian juga penuh keindahan, yang keduanya dapat melalaikan dan sekaligus untuk dapat membuktikan serta meningkatkan kualitas iman. 

Tabaarakalladzii biyadihil mulku wahuwa 'alaakulii syay'in qadiir. Alladzii khalaqal mawta walhayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalan. Wahuwassamii'un basyiir.  Allah akan melihat siapa yang terbaik amalnya. Umat Rasuulullah Muhammad shalallashu 'alayhi wassalam tak akan sesat bila berpegang pada Kitabullah dan sunnah Rasuulullah.

_______

Hotel Jawharat Al Tawheed Makkah Al Mukarramah, Kamis 23 Mei 2024.

Gus Miftah dan Gaya Bicara untuk Orang Pinggiran

Nik durung entek es tehmu, yo konoo terusno dodol,....goblok .. (Kalau es tehmu belum habis, ya sana teruskan jual  ..goblok ...) ...ha ha h...