______
Betapa berkeccamuknya perasaan orang yang akan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Itu khususnya untuk yang sebelumnya tidak pernah umrah ke Baitullah atau bahkan belum pernah naik pesawat kecuali naik pesawat mandeg di sebuah obyek wisata di tetangga kecamatan di pinggir hutan he he. Calon haji bertanya macam-macam untuk mendapatkan gambaran bagaimana kelak di negeri Arabia, tempat lahir serta tempat hijrah Rasulullah. Apa pun yang telah didengarkan dan dibacanya tidak pernah membuat dirinya merasa cukup. Tetap saja ada pertanyaan-pertanyaan yang terus muncul. Penasaran, curious, takut, khawatir, syukur, bahkan bangga serta riya' mungkin saja bercampur jadi satu. Selalu memohon petunjuk dan dzikir kepada Allah yang mampu menenangkan dan mengantarkannya hingga saat keberangkatan. Labbaika Allaahumma labbaik.
Rasa penasaran agaknya tak seluruhnya terkait dengan kaifiyah atau tata cara menunaikan yang tentu belum banyak dikuasai, yang harus lebih banyak dibaca, dipelajari dan dipahami. Berkecamuknya perasaan hati tadi adalah gejolak di dada antara rasa ingin berbadah, keinginan untuk tunduk kepada Sang Pencipta segala yang di langit dan di bumi, rasa cinta kepada Allah dan kepada Rasul-Nya, rasa takut terhadap adzab-Nya bagi orang yamg ingkar dan dzalim, serta rasa syukur dan senang sebagai hamba yang dikaruniakan kenikmatan yang tak terhitung.
Tertarik dengan salah satu ucapan seorang pemateri bimbingan manasik dulu. Bahwa seorang calon haji itu seperti calon pengantin....wow....entah penulis lupa dalam hal apa, tapi di sini mencoba mengira-kira. Sudah banyak orang menikah, menjadi pengantin, tetapi setiap pengantin baru sepertinya merasa dirinya saja yang akan menikah, istimewa sekali... Hmm...barangkali itu perasaan penulis dan sebagain oang saja he he... Padahal telah ribuan atau bahkan jutaan orang Indonesia, kaum muslimin, yang telah menunaikan rukun Islam kelima beribadah haji ke Tanah Suci Makkah. Lebih banyak lagi yang antri ingin kesana. Para calon tamu Allah karenanya pantas merasa bersyukur memperoleh senacam keistimewaan itu. Semoga hajinya maqbulan mabruran. Aamiin.
Melaksanakan rukun Islam kelima adalah kewajiban sekali seumur hidup untuk yang mampu. Tidak semua orang masuk kategori mampu secara ekonomi, terkait biaya ibadah haji, atau pun mampu secara kesehatan. Yang acap kali dijadikan motivasi untuk para jamaah yang telah berniat dan akan berangkat adalah betapa banyak orang yang sebetulnya mampu secara biaya dan kesehatan, namun belum terdaftar, belum menjadi calon jamaah haji. Ada pula yang sudah bertahun-tahun mendaftar tetapi belum tiba jadwal kesempatannya. Diberitakan bahwa bila sekarang mendaftar maka 34 tahun lagi baru dapat berangkat, ma sya Allaah.
Berkesempatan menunaikan ibadah haji sungguh wajib disyukuri. Allah telah memberikan hidayah, petunjuk kebenaran dan kebaikan, dalam hidup kita. Allah pun mengkaruniakan kemampuan (istitha'ah) dapat membayar biaya perjalanan, akomodasi, fasilitas dan berbagai pelayanan, serta kita dinyatakan sehat layak berangkat. Tak jarang yang mengeluhkan besaran BPIH? Maka ada kabar penundaan kepergian terkait itu. Sementara ada yang berkemampuan dalam biaya namun kesehatan tidak memungkinkan. Ada juga yang berharap dan siap, tetapi Allah panggil ke alam barzakh lebih dulu sebelum sempat berangkat ke Tanah Suci. Innalillaahi wainna ilayhi raaji'uun. Tak sedikit anak-anak mereka yang kemudian menggantikan. Sampean masih muda koq sudah kesini (berhaji)? Saya menggantikan ibu yang wafat, Pak. Yang lain mengaku mengganti bapaknya, dan sebagainya. Berbagai macam keadaan orang terkait ibadah ini. Laahaula walaaquwwata illaabillaah.
Rangkaian tata cara atau manasik ibadah haji yang dituntunkan Rasuulullah Muhammad shalallaahu'alayhi wasallam adalah menapak tilasi sebagian kisah hidup perjalanan hidup Nabiyyullaah khalilullaah Ibrahim 'alayhi salam dan keluarganya. Sebagaimana ibadah lainnya seperti shalat, puasa, zakat, maka tak secukup dijalani saja, namun di dalamnya ada nilai-nilai yang akan memberikan manfaat dan pendidikan untuk yang menjalankannya dengan ikhlas dan baik. Diingatkan dalam Al Qur'an bahwa sebaik-baik bekal adalah ketaqwaan. Bila kita merasa berat melakukan sa'i , berjalan dari bukit Safa ke bukit Marwa, ibunda Nabiyyulaah Ismail alayhi wassalam pasti lebih berat. Di tengah padang tandus sang bayi kehausan. Rasa kasih seorang ibu membuatnya berlari kesana kemari mencari seteguk air di tengah padang pasir. Seorang suami menerangkan pada istrinya saat istirahat sejenak di akhir jalan sa'i. (Seperti) Ini sepenggal rukun yang tak hanya untuk dijalani tetapi untuk digali maknanya. Itu penulis teringat pesan Pak Ustadz, teman yang sedikit-sedikit penulis tanya soal fikih, syariat dan banyak isu agama kepadanya.
Melihat betapa istimewanya seseorang berangkat ibadah ke Tanah Suci, menjadi tamu Allah, maka kesempatan yang didapat harus dilaksanakan dengan penuh syukur dan tawadhu'. Setiap calon haji berikhtiyar membekali diri diri dengan ilmu yang cukup adalah amat penting selain menyiapkan diri dengan menjaga kesehatan, menyelesaikan amanah-amanah, atau mengatur berbagai urusan yang menjadi tanggung jawabnya.
Akhirnya, setiap jamaah yang telah berada di Tanah Suci harus sadar bahwa ia akan kembali ke dalam samudera atau hutan belantara kehidupan yang penuh tantangan. Di keseharian juga penuh keindahan, yang keduanya dapat melalaikan dan sekaligus untuk dapat membuktikan serta meningkatkan kualitas iman.
Tabaarakalladzii biyadihil mulku wahuwa 'alaakulii syay'in qadiir. Alladzii khalaqal mawta walhayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalan. Wahuwassamii'un basyiir. Allah akan melihat siapa yang terbaik amalnya. Umat Rasuulullah Muhammad shalallashu 'alayhi wassalam tak akan sesat bila berpegang pada Kitabullah dan sunnah Rasuulullah.
_______
Hotel Jawharat Al Tawheed Makkah Al Mukarramah, Kamis 23 Mei 2024.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar