Sabtu, 22 Juni 2024

Yuk Kaji Ibunya Rafiah (almh.)


Piye iki, Fik. Aku sregep nang mushala posoan iki koq malah diarani koyok Yuk Kaji wae?.

Babahno tah, Mak. Wong sampean iku lho nglakoni apik ndik wulan Ramadhan. Terusno wae. Diarani ngono gakpopo. Mene .... sampean tak budalno haji!

Rafiah tinggal bersama emaknya saja di rumah. Bapaknya sudah lama tiada. Ada kakak laki-laki yang sudah berumah tangga dan tinggal di desa lain. Si kakak relatif tak terlalu dapat diharapkan membantu karena hidupnya dan keluarganya cukup sulit. Ibunya Rafiah menghidupi anaknya dengan sedikit sawah,  tak jarang ikut menjadi buruh tani untuk kebutuhan sehari-hari dan untuk menyekolahkan anak bungsunya ini. 

Syukur, Rafiah hampir lulus. Ia sudah berada di kelas 3 SMKM 10. Beberapa bulan sebelum ujian akhir, ia ikut les atau tambahan belajar setelah jam sekolah pagi usai. Jadi meski bel jam terakhir berbunyi pada pukul 13.30 anak-anak kelas 3 akan ikut les untuk persiapan UN agar dapat memperoleh nilai cukup. Saat itu syarat kelulusan ditentukan oleh negara dan berdasar hasil ujian nasional beberapa mapel saja.

Sejak sekolah tempat Rafiah belajar tersebut berdiri tahun 2003, penulis ikut mengajar di sana dengan jam terbatas karena penulis berdinas di sekolah negeri. Yang  memungkinkan penulis dapat merangkap di bahkan lebih dari 2 sekolah saat itu adalah karena rumah penulis di ibu kota kecamatan, dekat dengan banyak sekolah dan masih muda he he..dan tidak mendapat tugas yang berat di kedinasan. Motivasi ideologis dan ibadah tentu yang mendasari, in sya Allah. Semoga tercatat amal jariyah lillaahi ta'ala.

Seperti biasa penulis mendapat tugas membimbing anak kelas 3 (sekarang disebut kelas 12) dan mengampu pelajaran bahasa yang di-Ebtanas-kan, salah satu mapel ujian nasional. Ada beban berat sekolah dan tentu untuk guru mapel Unas supaya nilai semua siswanya di atas passing grade, batas minimal,  atau di atas nilai batas terendah agar dapat lulus. Jangan sampai karena satu mapel nilai di bawah yang ditentukan, semua prestasi dan kehebatan siswa di mapel lain dan aktivitas lain sia-sia, tidak lulus, harus mengulang di kelas 3 lagi.

Kebijakan pendidikan yang kontroversial ini pun  kita ketahui akhirnya dihapus . Namun telah terjadi korban sejumlah siswa  yang pintar' tapi tak lulus karena kurang di salah satu mapel saja. Entah mereka saat ujian msprl itu sakit atau hal lain. Ironis.

******

Hari itu Rabu pagi penulis sepenuhnya mengsjar di sekolah negeri. Di sore harinya ada jadwal memberikan les, tambahan belajar untuk kelas 3 TKJ ( Teknik Komputer dan Jaringan) kelas Rafiah. Pada paginya mereka ada jam Penjaskes selain mapel lainnya. Anak-anak umumnya sejak pagi sudah berpakaian OR dari rumah dan sering sepakat  tidak mau ganti saat mengikuti mapel lain termasuk saat bimbel atau les. Harusnya selesai OR mereka pakaian seragam biasa hari itu. 

Anak-anak suka 'ngenyang' atau menawar dan guru pun tak dapat menolak, yang penting mereka mau belajar saja. Dinamika hubungan guru-siswa unik, sering seperti keluarga, orang tua dan anak, atau bahkan para siswa kadang ingin disikapi seperti teman.

Selesai jam terakhir anak-anak TKJ masih di sekolah. Ada jeda sekitar 30 menit untuk istirahat jelang les atau extra-lesson atau bimbel, jadwal mapel penulis. Setelah dari sekolah negeri, penulis segera pulang dan bersiap mengajar les ke SMKM. Saat keluar rumah, betapa kagetnya ada ambulan dengan sirene meraung. Penulis pun membuntuti. Ketika jelang pertigaan,  penulis berpapasan dengan Pak H. Arief, yang juga pernah memimpin SMKM. Melihat ambulan itu, Pak Guru OR yang gagah itu berhenti dan teriak, anakku!

Pak Arif berbalik arah dan mengikuti ambulan itu,  maka penulis pun mengikuti. Sesampai di UGD, penulis baru tahu bahwa yang di ambulan itu adalah  salah satu siswa TKJ SMK, si Rafiah.  Ia yang masih berseragam OR itu tadi pulang sebentar ke rumahnya, entah ada perlu apa. Sekembali  dari rumah di perjalanan ke sekolah,  ia menenui temannya yang juga bersepeda di depannya. Begitulah anak muda, si Rafiah pun menjajari dan ngobrol di jalan raya. Naas, sampai pada jalan yang agak menikung dari arah berlawanan ada truk. Ia yang di posisi agak ke tengah pun tertabrak dari depan, sedangkan teman yang dijajari tidak apa-apa.

Rafiah terpental dari sepeda dan tak sadarkan diri. Di UGD ia dinyatakan telah menemui ajalnya. Innalillaahi wainna ilayhi raaji'uun. Sesunghuhnya kita milik Allah dan sesungguhnya kita akan kembali kepada-Nya. Bila ajal telah tiba, maka tak dapat dimajukan atau pun dimundurkan. Rafiah meninggal dengan sebab kecelakaan tertabrak truk saat akan kembsli ke sekolah untuk mengikuti les yang penulis bimbing. 

Qadarullah, ternyata sopir truk itu pun adalah  tetangga penulis di kampung halaman, Cak Farhan. Ia selama ini hidup di daerah lain. Penulis ketahui hal itu beberapa hari sesudah kejadian dari teman yang kebetulan ada urusan di kepolisian.

Rafiah mendahului para gurunya termasuk penulis. Bahkan ia mendahului emaknya yang dijanjikan akan dihajikannya. Dari ucapannya itu,  andai saja ia tidak meninggal dan lulus lalu dapat bekerja, pastilah tidak mudah untuk meng-hajikan emaknya. Orang barangkali bilang mana mungkin. Namun rupanya bila Allah berkehendak sesuatu terjadi, maka tetap akan terjadi. Qadarallaah...biarpun ia telah meninggal tetnyata emaknya Rafiah akhirnya dapat berhaji karena Rafiah.

Pihak persyarikatan dan sekolah sempat mendengar cerita emaknya tentang ucapan Rafiah kepadanya bulan puasa lalu itu. Oleh (khususnya) ketua persyarikatan (Bapak H.Sujudna) yang membina  sekolah, maka ibu Rafiah didaftarkan haji dengan uang jasa raharja atas kecelakaannya dan dari santunan. Lebih dari itu, sejak ditinggal Rafiah si emak yang lebih banyak sendirian di rumah, hidupnya selalu dipantau dan dijamin. ...... Hingga akhirnya tahun 2019 saat keberangkatannya pun tiba. Kini emaknya Rafiah benar-benar menjadi Yuk Kaji!

Betapa Allah yang menciptakan tujuh langit tanpa retak mudah saja mengatur apa yang dikehendaki-Nya. Mas ya Allah.

*********

Jawharat Altawheed Hotel Makkah Al Mukarramah, Sabtu 22 Juni 2024









Rabu, 05 Juni 2024

Antara Agar Gak Getun (Tidak Menyesal) dan Ukur Kekuatan Fisik, Mencari Makna Manasik Haji



"Jangan sia kan mas ten masjid kharom mbenjeng getun dugi griyo."

"Dulu p. Yai saya minta jamaahnya jangan memforsir ibadah sblm ArMuzNa.. Sb ArMuzNa butuh fisik berlebih."

Pesan-pesan kita terima dari para sahabat, baik sebelum berangkat atau yang disampaikan setelah kita berada di Tanah Suci. Dua pesan di atas itu adalah sebagaimana taushiah-taushiah yang kita ikuti saat bimbingan manasik, dari KBIHU dan Kemenag, sebelum berangkat maupun bimbingan dan ta'lim yang terus digelar di sela-sela ibadah di kota tempat hijrah Rasuulullah maupun di kota kelahiran beliau Nabi Muhammad  shalallaahu 'alayhi wasallam. Ada pula sahabat yang Pak Ustadz yang berpesan dan memotivasi agar kita merenungi makna dari setiap manasik yang kita lakukan. 

Bila salat, maka kita  jangan sekedar salat 'rubuh-rubuh gedhang', asal melakukan gerakan. Usahakan gerakannya sesempurna mungkin, sesuai kemampuan, berusaha memahami yang dibaca serta selalu belajar khusuk dan tumakninah. Jangan mementingkan jumlah rakaat ataupun asal gugur kewajiban. Pada rangkaian ibadah haji pun hendaknya jangan asal kesana kemari. Motivator ESQ kenamaan Ary Ginanjar Agustian, misalnya, pernah memaknai atau mengaitkan 7 kali sai dari Safa ke Marwa dan sebaliknya, atau mungkin juga 7 kali dalam berthawaf, adalah perjuangan kehidupan 7 hari dalam sepekan. Maksudnya apa kita dapat merujuk penjelasannya. Yang pasti sai adalah menapaktilasi bagaimana Ibu Hajar mempertahankan dan memperjuangkan kehidupan bayi Ismail as di tengah padang tandus.

Semua adalah bekal yang penting untuk diperhatikan karena kita ingin kesempatan menjadi tamu Allah ini menjadi manfaat dan barakah, serta haji kita maqbulan wa mabruran. Semua yang menjadi duyuufurrahman, tamu Allah, adalah orang-orang terpilih, demikian acap kali disampaikan. Yang dipanggil ibarat para pegawai yang akan menerima penataran atau diklat, pendidikan dan latihan, agar ke depan lebih baik. Tak setiap pegawai berkesempatan penataran untuk pengembangan karirnya atau lebih lagi pengembangan kualitas dirinya. Beribadah haji di  Tanah Suci tak dapat dianggap layaknya wisata religi, namun itu adalah kegiatan-kegiatan di kota Madinah, Makkah dan di Armuzna (Arafah, Muzdalifah dan Mina) yang tidak mudah. Tak banyak orang istitha'ah (dianggap mampu) dan sedia atau sanggup mengikuti. Niat kuat serta selalu sabar dan tawakkal, bersyukur serta menjauhi riya' dan sombong adalah bagian dari 'materi pelatihan' ibadah fisik ini. Itu pula nasihat yang kita terima sebelum berangkat.

Materi penataran akbar di Tanah Suci yang dibuat untuk peningkatan kualitas diri para pesertanya dari seluruh dunia ini tersusun berdasarkan wahyu Ilahi lewat Nabi-Nya, Rasuulullah Muhammad shalallaahu 'alayhi wasallam. Khudzuu 'anniy manaasikakum., ambillah dariku (Nabi SAW) manasik tata cara haji kalian. Rukun, wajib haji dan sunnah-sunnahnya perlu diketahui. Minimal semua mengetahui batasan sah dan tidaknya ibadah dengan penuh harap, memohon kepada Allah, semoga hajinya maqbulan mabruran. Itu ternyata tak hanya menjadi tugas individu, namun setiap regu, rombongan, kelompok terbang bahkan  penyelenggara haji negara (RI dan KSA)  berusaha menjamin bagaimana  semua dapat berbadah dengan baik dan mencapai haji mabrur. 

Bimbingan manasik haji dan pemberian layanan yang selalu ditingkatkan, menciptakan kerja sama dan silaturrahim yang baik dan rasional di antara jamaah adalah upaya-upaya bagaimana agar ibadah haji dapat terlaksana dengan baik dan benar, lancar, sah serta supaya maqbulan mabruran. Dalam keseharian selama di Tanah Suci pun di antaranya terjadwal taklim atau kajian minimal dua hari sekal. Peningkatan kualitas ilmu justru akan menunjang kualitas ibadah, baik ibadah haji atau lainnya, baik selama di tanah suci maupun sesudah pulang, saat di tanah air kelak.

Pikir-pikir, apa yang terbaik dilakukan selama di Tanah Suci selalu menjadi pertimbangan jamaah. Semua ingin memperoleh pahala sempurna. Semua ingin memanfaatkan kesempatan di Masjid Nabawi dan Masjidil Haram dengan sebaik-baiknya. Tiada cita-cita para jamaah kecuali haji mabrur. Pahala ribuan kali di Masjid Nabawi, seratus ribu kali di Haram menjadi bonus penyemangat. 

Ketika di Madinah ada pertanyaan bagaimana salat arba'innya? Sudah ziarah ke makam Rasuulullah SAW? Sudah pernah ke raudhah? Berapa kali? Berapa kali? Saat di Makkah pun ada pertanyaan-pertanyaan. Seberapa sering ke Masjidil Haram? Sudah berapa kali umrah? Apa yang sudah berhasil dicapai? Bila kita berpikir  matematis begitu boleh kita teruskan pertanyaannya. Apa yang kita lakukan sudah dapat menghapus dosa-dosa kita? Atau kita sudah merasa suci bahkan sebelum berangkat haji kita termasuk orang suci? Apakah amalan kita sudah pantas untuk membeli secuil surga Allah?

Bila yang kini kita hitung adalah keberadaan kita di Masjid Nabawi dan di Masjidil Haram, apakah kita bercita-cita tinggal di Madinah atau di Makah sepanjang tahun? Atau kita ingin menjadi petugas cleaning service di Masjid Nabawi, atau lebih khusus yang di area raudhah? Atau menjadi petugas di Masjidil Haram? Lebih khusus kita melihat ada yang sedang membersihkan dinding kakbah di atas scafolding. Tidakkah kita ingin menjadi seperti mereka, bebas menggosok-gosokkan diri ke dinding kakbah? Atau bila pertanyaannya lebih 'sopan', adakah yang sedia mempelajari Al Qur'an di masjid sepanjang hari? Atau sanggup menjadi pengelola masjid yang melayani jutaan tamu Allah?

Ya Allah, kami hanya merasa bersyukur menikmati kesempatan yang Engkau karuniakan.  Kami tak punya kemampuan terhadap apa yang ada di diri kami sekalipun tanpa pertolongan-Mu. Semoga di sisa hari yang ada, kami yang menunggu puncak haji di Armuzna (Arafah, Muzdalifa, Mina) selalu Engkau karuniakan petunjuk, kesehatan, ilmu serta apapun yang tetbaik untuk kami. Kami berserah diri segala apa yang di belakang dan di depan kami hingga kami menghadap-Mu. Laahawla walaaquwwata illaabillaah. Aamiin.

_______

Jawharat Al Tawheed Hotel Misfalah Makkah Al Mukarramah KSA, Rabu 5 Juni 2024





Gus Miftah dan Gaya Bicara untuk Orang Pinggiran

Nik durung entek es tehmu, yo konoo terusno dodol,....goblok .. (Kalau es tehmu belum habis, ya sana teruskan jual  ..goblok ...) ...ha ha h...