Kamis, 11 Juli 2024

Apa Kesan Setelah Menunaikan Ibadah Haji?




Saat ditanya tentang apa kesan setelah menunaikan haji? Penulis perlu berpikir mau jawab apa? Akhirnya sering penulis sampaikan bahwa rangkaian ibadah haji itu seperti penataran atau diklat yang dijalani pegawai atau karyawan. Di sana banyak pembelajaran dan setelah pulang selalu ada materi atau hal-hal yang perlu dicerna atau dipahami. Jadi hari-hari setelah kepulangan ini masih banyak angen-angen atau refleksi dari yang telah dijalani kemarin.

Yok opo, wis tenang tah mari haji? Sementara itu Pak Kaji Beliung menanya hal yang tak terduga, sudah tenangkah? Penulis pun memikir lagi bagaimana menjawabnya. Yang bersangkutan yang telah menunaikan haji belasan tahun lalu itu barangkali memang merasakan ketenangan sesudahnya waktu itu. Penulis lalu menjawab sama dengan yang sebelumnya, tapi berusaha mencoba elaborasi pada fokus yang ditanyakan.

Alhamdulillah tentu ada rasa tenang, senang dan bersyukur telah menunaikan rukun Islam kelima. Ada keinginan kesana lagi. Ada cita-cita anak-anak pun kelak dapat ke Baytullah.Namun ada kewajiban untuk selalu menjaga keimanan dan tentu berusaha terus berdoa agar haji yang dilakukan mabrur, sa'i yang dijalankan disyukuri, dosa pada diri diampuni serta perniagaan dan harta yang dimiliki tidak sia-sia.. Jadi itu adalah ibadah berkelanjutani yang perlu terus dirawat dan dijaga spiritnya. Pak Dien Syamsudin dulu pernah menyatakan bahwa haji bukan puncak ibadah. Logikanya, setelah di puncak apa lalu menurun? Tentu jawabannya adalah tidak. 

Jauh-jauh ke Tanah Suci, belasan tahun bersabar menunggu pemberangkatan, puluhan juta rupiah ditabung lalu dikeluarkan, demikian itu adalah fakta yang ada. Apa yang dibawa kesana? Apa pula yang dibawa pulang dari Baytullaah? Apakah sudah cukup untuk kita dengan beribadah dan mengikuti berbagai kegiatan sekitar 40 hari?  Bila jujur, itu pun berapa persen yang mampu diikuti? Bukankah kekuatan fisik dan kesehatan yang dikaruniakan Allah amat menentukan kemampuan kita? Tak kalah penting, bukankah bekal pengetahuan yang Allah anugerahkan juga mempengaruhi pilihan prioritas ibadah kita? Jamaah haji tercenung diajak muhasabah, introspeksi, seperti itu.

Kita pun patut terusik hati mendengar ungkapan seorang khatib bahwa mungkin saja yang tidak di Tanah Suci dengan berbagai pengorbanan yang dilakukan,  mereka justru  dapat bertemu Allah. Sementara yang dipanggil ke Baitullah justru ada yang tidak dapat mencapai tujuan berhaji, na'udzubillaahi min dzaalik. Di Tanah Suci ada Masjid Nabawi, ada rawdah, Masjidil Haram, multazam, ada wuquf di Arafah dan sebagainya, maka eman bila semua lolos tak termanfaatkan. Tentu saja bila tak semua, paling tidak  sebagian harus ada yang terjamah.
.

Sementara Pak Kyai menghibur agar kita yakin saja bahwa  in sya Allah ibadah kita sah, diterima.  Diingatkan pula bahwa agama itu tidak sulit. Wamaa ja'alnaa fiddiini min haraj. Bila kita lupa, tak sengaja, tak sadar melakukan hal tertentu, misalnya menutup kepala saat ihram ketika tertidur, maka itu tetlepas hukum. Asal kita berusaha menghindari rafatsa, fusuuqa waljidaala,  berlaku jorok, maksiat, bertengkar, berniat lillaahi ta'ala, banyak istighfar, in sya Allah  haji kita akan mabrur. Bukankah Allah Maha Mensyukuri apa yang dilakukan para hamba-Nya, para tamu-Nya?

Semoga dengan banyak istighfar, muhasabah kita termasuk yang berhaji mabrur yang tidak ada balasan kecuali surga Allah subhaanahu wata'ala. Kita berusaha menjadikan perkataan dan langkah-langkah kaki kita untuk bertaubat kepada Allah, kita makin mendekat kepada-Nya serta memperbaiki hubungan dengan sesama, hablun minannaas.

Yang in sya Allah menjadi indikator penting kemabruran kita adalah empat hal berikut.  Kita harus sedia memaafkan kesalahan orang yang dhalim kepada kita, kita sedia menyambung silaturrahim orang yang memutus hubungan, kita sedia tetap berbuat baik terhadap orang yang tidak baik kepada kita, kita sedia tetap dermawan kepada yang bakhil kepada kita, 

Allaahummaj'alnaa hajjan mabruuran wasa'iyyan masykuuran waddzanban maghfuuran watijaaratan lantabuura. Allaahummaj'al awlaadanaa min ahlil 'ilmi waahlil khair waminal mushalliin walmuzakkiin waminal 'ulamaaisshaalihiin. Subhaana rabbika raabil 'izzati 'ammaa yashifuun. Wasalaamun 'alal mursaliin walhamdulillaahi rabbil 'aalamiin. Aamiin.

______________ 

Mantup Lamongan, Kamis 11 Juli 2024



 


Tidak ada komentar:

Gus Miftah dan Gaya Bicara untuk Orang Pinggiran

Nik durung entek es tehmu, yo konoo terusno dodol,....goblok .. (Kalau es tehmu belum habis, ya sana teruskan jual  ..goblok ...) ...ha ha h...