Video kejadian setahun lalu viral sekarang, entahlah. Seorang siswa SMP begitu emosional saat ditanya tugasnya oleh seorang Bu Guru. Berbagai tanggapan sewaktu video itu beredar di medsos termasuk di WAG-WAG guru. Memirsa perilaku anak yang dinilai tak beradab itu banyak yang gemas. Seandainya menjadi guru dari anak itu, yakin tak dapat bersabar.
Bila kita memosisikan diri kita sebagaimana adanya sekarang, sebagai pemirsa yang menyaksikan video itu, baiknya tak otomatis terpancing. Tidak seperti penonton bola lewat tv atau video yang suka teriak-teriak atau bahkan mencak-mencak jika kecewa atau tidak puas he he. Kita harusnya memirsa dan simak hingga selesai. Bila melihat sepenggal saja, atau dipotong, maka tanggapan yang muncul cenderung kurang tepat.
Penulis ketika menyaksikan video tersebut di medsos fb, ternyata yang ditampilkan tidak menyeluruh. Begitu pun kali kedua di salah satu WAG guru, video tidak lengkap, hanya sebagian. Untungnya penulis berkonentar di keduanya secara positif saja. Penulis sekedar mengingatkan bahwa latar belakang siswa itu beragam. Maksudnya, tidak semua siswa itu dari keluarga baik-baik atau keluarga yang normal-normal saja.
Mungkin umumnya siswa dari keluarga yang cukup, meski tidak kaya, minimal mampu untuk memperhatikan dan membiayai sekolah anaknya. Di rumah si anak mempunyai ayah dan ibu. Namun kenyataannya ada anak yang punya ayah ibu tetapi mereka tinggal tidak seruma, karena bekerja di tempat jauh. Si anak tinggal bersama nenek atau bibinya.
Ada pula di antara para siswa anak-anak yang tidak punya orang tua 'genap'. Tak sedikit siswa yang berasal dari keluarga yang bercerai, broken home. Ada yang ikut ibunya, ada yang ikut bapaknya, ada pula yang lalu diasuh tidak keduanya tetapi ikut neneknya, misalnya.
Di antara siswa tentu ada yang yatim, piatu, atau yatim piatu, kedua orang tuanya telah meninggal. Ada yang ikut saudaranya yang dewasa, atau ikut neneknya, ikut bibinya, diasuh orang lain, atau tinggal di panti asuhan atau pondok pesantren.
Demikian beragam kehidupan siswa di luar sekolah, di keluarganya, dari sisi kebaradaan orang tua. Belum lagi bila melihat siswa dari kemampuan ekonomi keluarga, tingkat pendidikan orang tua, lingkungan sosial yang melingkupinya, serta kebiasaan yang dilakukannya. Cukup kompleks hal yang terkait siswa.
Seorang guru tak selalu hapal seluruh latar belakang siswanya yang berjumlah puluhan hingga ratusan. Nanun setidaknya, data-data umum baiknya diketahui. Siapa saja siswa yang menonjol, berpotensi berprestasi, berpotensi bermasalah, atau juga yang dari keluarga terpandang. Siapa siswa yang dari keluarga miskin atau kurang mampu, dari keluarga broken home, atau yang yatim, piatu, atau bahkan yatim piatu.
Siapa siswa yang rumahnya jauh, atau kost, atau yang tinggal tidak dengan orang tua, atau di panti asuhan, atau di pondok pesantren, atau mungkin tinggal di rumah sendirian. Semua hal yang terkait hidup dan keseharian siswa tentu berpengaruh terhadap sikap dan perilaku atau kepribadian siswa. Siswa tampak baik dan buruk tentu bukan hal yang tak terkait dengan keadaan dan pengalaman hidupnya.
Melihat video kejadian setahun lalu di Pasuruan itu memantik banyak tanggapan. Penulis kaget ketika melihat video dengan durasi lebih panjang. Saat disinggung orang tua, dari si anak terlontar bahwa ia yatim. Lalu sewaktu ditanya tentang ibunya, ia mengucap yatim piatu. Asytaghfirullah. Memang tak semua anak yatim begini, tetapi yang jelas anak yatim apalagi yatim piatu adalah anak yang membutuhkan kasih sayang, perhatian.
Tentu merupakan tugas guru bila menuntut siswanya mengerjakan tugas belajar. Kita pun tak boleh mudah menganggap nakal, salah, langsung ingin menghukum, anak yang bersikap dan berperilaku yang tak sepatutnya.
Bila kita telah coba membayangkan andai jadi gurunya, kita pun hendaknya coba membayangkan andai kita yang mengalami jadi anak yatim atau bahkan yatim piatu sepertinya. Atau bila yang seperti dia adalah anak kita, atau keponakan, adik dan yang lainnya yang kita sayang.
Artis Shahnaz Haque dalam sebuah video narasi mengingatkan agar guru menemukan kunci untuk membuka hati siswanya.
_______
Lamongan, 19 Oktober 2024
2 komentar:
Betul pak seorang guru adalah lebih dari orang kebanyakan.
Semoga semua guru selalu dikaruniakan petunjuk dan keberkahan hidupdunia akhirat. Aamiin.
Posting Komentar