Senin, 25 November 2024

Pembelajaran Sikap Hukum dari Bu Guru Supriyani


____

Mengikuti kasus Bu Guru Supriyani barangkali ada yang sempat sesak dada. Berbagai perasaan dan pikiran 'seakan'mengganggu' kita. Seorang guru dituduh menganiaya muridnya. 


Kita pun sempat heran berkerut kening ketika kasus yang sudah me-nasional akan dihentikan dengan damai, justru Bu Guru tak mau.  Ia mengaku sejak awal sudah berkali-kali minta maaf pada orang tua murid, tetapi bukan minta maaf pengakuan bersalah. Saat itu pihak orang tua murid arogan dan amat tak kooperatif bahkan memanfaatkan kasus dengan kekuasaan. 


Setelah kasus sudah begitu jauh, maka ia minta sidang proses hukum harus terus lanjut. Butuh pembuktiaan hukum lewat palu hakim bahwa dirinya memang tak bersalah. Orang akhirnya paham, bila damai di tengah jalan, masih tetap ada celah bahwa ia memang bersalah dan ia pihak yang dimaafkan.


 Kini Bu Guru lega, in sya Allah, divonis bebas oleh hakim. Ma sya Allah, tabarakallah.  Meski pihak jaksa masih dapat ajukan banding, ia pun masih berkesempatan melawan. 

___


Hari Guru, 25 Nov. 2024

Minggu, 10 November 2024

Penulis dan Tulisannya Di Mata Pembaca


 Penulis dan Tulisannya Di Mata Pembaca


Bambang Sugiharto

Pembaca sedikit yang belajar menulis

_____


Bila selalu ada ahli yang berpendapat tentang kondisi masyarakat, maka rakyat awam yang jadi obyek analisa juga punya pandangan terhadap mereka. Jika para guru biasa menilai  hasil  belajar dan sikap siswa, para siswa pun kadang rasan-rasan terhadap para orang tua mereka di sekolah itu. Maka ketika di depan komputer, seorang penulis barangkali berpikir mengukur bagaimana tulisannya sampai kepada pembaca, maka nanti  para pembaca pun akan memiliki pendapat atau kesan tentang tulisan yang dibacanya, atau mungkin pula tentang penulisnya.


Ada tulisan yang dirasa menarik dan  mudah dipahami, ada yang berat dan sulit dimengerti. Ada tulisan yang mengalir,  tersusun atas rangkaian kata-kata yang bernuansa indah, menyejukkan hati,  ada pula yang terasa kaku, ada kesan dipaksakan. Dari sisi isinya, mungkin ada  tulisan yang mengesankan, enak dibaca dan perlu, terasa tak bosan dibaca berulang-ulang, mampu memotivasi serta berpengaruh merubah kehidupan seseorang atau banyak orang,  tapi ada pula yang sebaliknya.


Penilaian atau bolehlah disebut kesan atau sekedar komentar oleh  pembaca pastilah tidak selalu benar atau proporsional. Pengetahuan, pengalaman dan minat pembaca akan menentukan penilaian mereka. Maka ada banyak jenis dan tema tulisan yang lucu, yang serius, fiksi dan non-fiksi, yang ilmiah dan yang popular, tentang berita kriminal atau artikel kesehatan,  dan lain-lain,  semua memiliki pangsa pembaca sendiri-sendiri. Kenyataan itu baik-baik saja, apalagi mengingat kegemaran membaca bangsa kita masih rendah.


Seperti halnya dalam komunikasi lisan, yang disampaikan tak selalu bisa memuaskan persepsi semua orang. Seorang artis, politisi, penjual jamu, pendakwah dan sebagainya, mungkin disambut antusias, laris manis di suatu tempat atau kalangan, tetapi bisa jadi tak laku atau bahkan ditolak di tempat lain, maka penulis dan tulisannya pun demikian.  Untuk memenuhi syariatnya, seorang penulis tentu harus selalu belajar dan menggunakan teknik menulis terbaik yang dimilikinya, untuk menyampaikan pesan apa yang di hati dan pikirannya. Tetapi setelah itu, bertawakkal, biarkan Allah Sang Pembolak-balik hati yang menghinggapkan pesan itu pada jiwa pembaca.

__

Lamongan, 17 April 2020


Jumat, 08 November 2024

Bukan tentang Parikan Jo Dipikir Marai Mumet


 



Bambang S. Mantup

Pembelajar di IRo Society

____ 


Saya ingin menulis terkait tokoh Joko Tingkir jauh sebelum sekarang. Tidak semata ketika mendengar sebuah lagu diputar dan seorang teman bilang bahwa syair parikan yang menyebut salah satu nama kecil Sultan Pajang itu dianggap kurang tepat. /Joko Tingkir ngombe dawet/ jo dipikir marai mumet/ Hal itu memang menarik perhatian terkait kualitas karya seni yang dikonsumsi orang banyak. Ada pula seorang teman penulis dari pantura Lamongan yang memajang fotonya  di IG dengan latar makam Joko Tingkir. Ia kebetulan juga cerita bahwa panitia karnaval di tempatnya melarang pemutaran lagu itu.


Saya memberikan sedikit komentar pada postingan di akunnya di atas. Saya menyebut seputar kontroversi apakah tokoh dalam sejarah itu terkait dengan sejarah wilayah dan masyarakat Lamongan atau tidak. Tidak cukup dengan mencantumkan narasi pendek di medsos tadi, teman yang produktif dan inspiratif itu pun kemudian memposting artikel tentang aktivitasnya.Tulisan tentang kunjungan ke situs sejarah  itu makin memancing dan memotivasi untuk  membuat catatan urun rembug ini.


Tentu saja saya tak ingin membincangkan tokoh dalam sejarah terkait Islam di Indonesia itu dengan sudut pandang pembelajar sejarah. Saya memang dulu mengambil jurusan A4 (Pengetahuan Budaya) saat SMA, yang entah program itu masih ada atau tidak sekarang. Pasti tak banyak yang didapatkan di dalam overloaded curriculum kita. Walau demikian, hal itu tetap memberi penguatan minat saya terhadap isu sejarah. Misalnya, belasan tahun lalu sewaktu klub sepakbola milik  daerah Persela Lamongan melaunching julukan Laskar Joko Tingkir, itu sedikit menarik perhatian saya dan memunculkan pertanyaan. Mengapa nama itu yang dipakai. Sayangnya referensi yang memuat alasan pemilihan nama tersebut belum saya temui. 


Lambat laun saya menjadi menahu dan mengira-ira bahwa pemberian nama Laskar Joko Tingkir tidak sekedar asal pilih. Ternyata ada keyakinan bahwa tokoh itu terkait erat dengan tempat dan masyarakat Lamongan. Semangat ketokohannya diharapkan menginspirasi dan memotivasi para pemain, pendukung dan warga Lamongan secara umum. Dari mengobrol setengah diskusi dengan kerabat yang lulusan Ilmu Sosial, saya mendengar di wilayah utara ada makam yang dianggap sebagai makam Joko Tingkir. Tak lupa, adanya kontroversi pendapat juga disinggungnya pula. Baru sekarang ini mendapatkan gambarnya ketika teman baik yang hampir tiap hari menulis itu memposting foto tempat bersejarah itu. 


Sementara yang juga mengusik rasa keingintahuan saya adalah adanya pengakuan atau boleh dikatakan klaim bahwa tokoh sejarah tersebut memiliki keturunan, di antaranya para pendahulu kami, di kampung kelahiran saya. Kurang menahu apakah di tempat lain ada klaim serupa. Apabila ada, apakah silsilah yang ditampilkan tersambung dengan yang ada di desa saya itu. Tak mudah diremehkan, di tempat kami  yang menyatakan adalah seorang pimpinan pondok pesantren yang saat masih hidup cukup terpandang pada belasan tahun lalu tersebut. Yang menarik secara pribadi adalah ada nama buyut saya tertera di sana.


Barangkali kurang pas bila ada perasaan syukur bila itu benar, karena saya dapat menahu silsilah yang jelas dari dari salah satu jalur kekerabatan. Ini teringat istilah di pelajaran Sosiologi Antropologi SMA. Terlepas apakah itu penting atau tidak bila itu benar. Apalagi selalu membaca ayat inna akramakum ‘indallaahi atqaakum. Yang paling mulia di sisi Allah ialah yang bertaqwa. Begitu pun, profil seseorang dalam sejarah itu amat beragam, lebih lagi jika berhubungan dengan kepentingan politik dan ideologi.


Melengkapi pemahaman tentang kehidupan keluarga,  kita dapat membaca kisah Kan’aan, anak seorang nabi tetapi tidak beriman. Sebaliknya, terdapat kisah Nabiyullah Ibrahim 'alaihi salam yang adalah anak pembuat patung. Kita membaca pula kisah sebagian sahabat Rasuulullah Muhammad shalallaahu ‘alaihi wasallam yang berhijrah dari keluarganya yang belum beriman. Kemudian jika menambah contoh istimewanya hidayah Tuhan,  istri Nabi Luth ‘alaihisalam adalah mendukung kaum Sodom. Sementara istri Fir’aun justru adalah seorang hamba Allah yang beriman.


At last, ini adalah adalah rangkaian  sedikit pengetahuan dan pendapat yang amat terbatas dari seorang anak manusia pembelajar. Sesuai judul,  bahasan bukan menilai suatu karya budaya apakah berkualitas adiluhung atau rendahan. Penulis pun tidak berkapasitas membincang seberapa boleh dan penting memberikan penghormatan kepada para pendahulu. Sebagai santri IRo,  ini adalah tulisan dengan semangat kecepatan mengalahkan kesempurnaan. Semangat berkarya untuk belajar menebar kebermanfaatan. Selalu berharap ridha Allah subhaanahu wata’ala. Wallaahu a’lam.

__ 

Lamongan, Sabtu malam Ahad 3 September 2022 / 6 Shafar 1444 H.


Gus Miftah dan Gaya Bicara untuk Orang Pinggiran

Nik durung entek es tehmu, yo konoo terusno dodol,....goblok .. (Kalau es tehmu belum habis, ya sana teruskan jual  ..goblok ...) ...ha ha h...