_____
__
Kita melihat anak-anak kecil yang masih digendong ibunya. Kita saksikan para remaja yang ceria menjalani hari-harinya. Banyak orang-orang muda yang semangat mengawali pekerjaan barunya. Ada pula ibu-ibu muda, ayah-ayah muda betapa bergairah mengarungi hari-hari bersama bocil-bocil mereka dengan penuh dinamika. Menjumpai pula para mahasiswa yang suntuk belajar dengan sabar dan sadar hadapi tantangan keilmuan. Ada dari mereka yang menonjol idealismenya. Fakta-fakta kebaikan tersebut memotivasi kehidupan orang beriman untuk lebih bersyukur dengan giat ibadah, terus belajar, mengaji serta kerja keras, kerja cerdas, kerja tuntas dan kerja ikhlas.
Para santri di pondok pesantren istiqamah atau konsisten membaca dan menghafal ayat-ayat Al Qur'an. Ada juga yang menggeluti kitab-kitab keilmuan, yang mungkin langka, tidak dipelajari orang awam. Banyak majelis taklim pun rutin berkegiatan mengaji, mengadakan kajian dan bersilaturrahim.
Rumah-rumah tangga yang terus bertambah umumnya hidup dalam kerukunan dan kedamaian meski terlihat kesederhanaan yang ada. Program-program acara tivi yang manfaat, konten-konten positif di berbagai platform media sosial terus menjamur, tak kalah banyak dengan tayangan liar yang diprihatinkan. Ada pula komunitas-komunitas pembelajaran yang terus konsisten menegembangkan kualitas diri dan peradaban.
Kebaikan tak nau ketinggalan berpacu dengan keburukan dan akan selalu menjadi cahaya peradaban. Orang beriman tak akan berputus harapan dari rahmat Tuhan. Tidak berputus asa dari rahmat Allah kecuali oeang-orang kafir. La yay asu minrawhillaah illalqawmil kaafiriin.
Sebagai pribadi-pribadi yang ingin selalu maju dan lebih baik, maka kita harus berani merefleksi diri, muhasabah. Apa yang telah terjadi atau yang dikerjakan kurun 10 tahun terakhir? Atau pula apa yang dialami rentang 10 tahun sebelumnya? Sewaktu flashback, ternyata betapa banyak hal yang telah terjadi, dialami, atau dikerjakan. Rasanya banyak hal yang sebelumnya tak direncanakan atau pun tak diinginkan terjadi, ternyata telah menjadi pengalaman nyata, baik suka maupun duka. Betapa pula waktu terasa cepat berlalu. Bersyukur pada Ilahi, detik ini mata masih mau mencoba melek, ada niat baik membuka diri, jujur, sedia berusaha melakukan koreksi, merenung, berupaya memaham makna kehidupan.
Ada lirik lagu /masa lalu biarlah masa lalu/. Atau /yang lalu biarlah berlalu/ ...lebih kurang begitu. Atau itu ucapan orang yang acapkali kita dengar. Padahal tidak sesederhana itu harusnya cara berpikir kita, demikian kata Pak Kyai di sebuah ceramah. Sejarah, nostalgia atau kenangan adalah untuk dipetik pelajaran dan hikmah. Ini berlaku di berbagai tataran kehidupan, baik sebagai pribadi sampai dalam berbangsa bernegara. Suka duka, tangis tawa, pahit manis kehidupan adalah bekal dan tonggak untuk menapak melangkah ke depan yang pasti diharapkan lebih baik.
Alhamdulillah kita masih semangat pagi atau selalu bersemangat seperti halnya orang muda. Umur adalah deret angka. Tidak ada yang menahu batasnya. Yang tua belumlah tentu lebih cepat menghadap Ilahi dari pada yang muda. Maka dikatakan jiwa muda itu bila kita suka berpikir ke depan. Yang hanya suka menikmati bernostalgia berarti jiwa tua he he he. Boleh saja menikmati keindahan masa lalu, tapi sekali sekali saja. Jangan pula suka mengeluh dan tak berpikir prestasi amal apa yang dapat disampaikan pada pengadilan Tuhan. Paling tidak, jaga pikiran positif dan tidak berburuk sangka kepada Allah Yang Maha Pemurah Maha Penyayang. Jangan pula berbuat bodoh menyekutukan-Nya. Na'udzubillah.
Bersyukur pula diberikan kesempatan untuk mau dan mampu berpikir waras dan sehat. Di antaranya, menyadari betapa besar nikmat Allah Arrahman Arrahiim yang tak terhitung, Begitu besar nilainya serta ada banyak hal tak terkira yang telah, sedang dan yakin terus diterima. Ma sya Allah. Tabarakallah. Di antara petunjuk dan nikmat tak ternilai itu adalah kemauan dan kemampuan untuk muhasabah, menghitung-hitung dosa yang dikerjakan dan kebaikan yang dimampukan Allah untuk diwujudkan.
Merefleksi diri perlu sesering mungkin, yakni berkaca melihat diri sendiri dengan jujur. Katakanlah setiap selepas shalat fardhu lima waktu kita dapat berdzikir dan berfikir lalu berdoa untuk kebaikan melangkah dalam kehidupan ke depan. Betapa bila kita konsisten atau istiqamah melaksanakan kewajiban ibadah maka sesungguhnya petunjuk dan ampunan Allah dapat kita harapkan. Sebaliknya bila kita bagai orang yang melupakan Allah, awas bila Allah akan membuat kita lupa pada diri kita sendiri. Yang lupa diri itu akan menjadi orang fasiq. Na’udzubillaah min dzaalik. Walaatakuunu kalladziina nasullaaha fa'ansaahum anfusahum. Ulaaika humul faasiquun.
Setiap orang perlu mengoreksi dan menjaga arah hidupnya. Sepertinya itu ungkapan radikal, memang iya, tetapi pasti dibutuhkan. Betapa banyak orang yang tersesat arah tujuan hidupnya. Ia lupa kepada Allah, hidunya tidak ikhlas lillaahi ta'ala. Banyak orang yang mencari kebahagiaan dan kemuliaan semu. Ia tak mengerti bahwa kemuliaan itu adalah milik Allah, Rasul-Nya serta orang-orang beriman. Innal izzata lillaahi warrasuuli walmu’miniin.
Akhir tulisan, fabini’mati rabbika fahaddits. Alhamdulillaah, teringat setahun lalu, di awal tahun 2024, penulis dan keluarga tersibukkan oleh persiapan-persiapan memenuhi panggilan Allah yang terjadwal pada bulan Mei 2024. Menata hati atau menata niat, menambah bekal pengetahuan dan penguatan mental dengan banyak berdoa, bertanya-tanya, rajin mengikuti pelatihan manasik oleh kami, saya dan istri.
Tak kalah istimewanya adalah menjamin kesiapan ibunya dan anak-anak untuk berpisah sementara, lebih dari 40 hari berjauhan. Ma sya Allah, tabarakallah, penulis setengah tak mengira mereka sedia, rela, menjalani pengalaman menahan hati. Semoga Allah subhaanahu wata’ala selalu mengkaruniakan kami taqwa, tawakkal, shabar dalam rangka mendekat dan mentaati perintah Allah. Sebelumnya sempat terpikir, apakah sebaiknya kami berangkat bergantian. Alhamdulillah ternyata Allah mentakdirikan yang terbaik.
Tabaarakalladzii biyadihil mulku wahuwal 'alaakulli syaiin qadiir. Alladzii khalaqal mawta walhayaata liyabluwakum ayyukum ahsanu 'amalan wahuwal 'aziizul ghafuur. Alladzii khalaqa sab'a samaawaatin thibaaqa. Maataraa fiikhalqirrahmaani mintafaawuut. Farji'il bashara haltaraa min fithuur. Tsummarji'il bashara karratayni yanqalib ilaykal basharu khasi'an wahuwa hasiir.
_______
Mantup, 28 Januari 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar