_______
Seorang tetangga cerita kegundahan seorang ibu, kerabatnya, yang baru saja ditinggal suaminya. Beberapa hari masa takziah, anak-anaknya, kerabat, handai taulan, tamu, masih ada meramaikan rumah. Bagaimana nanti ketika mereka semua sudah berkativitas normal kembali? Si ibu itu membayangkan hidup sendiri karena salah satu anaknya tinggal dan bekerja jauh di luar kota, luar propinsi pula. Sementara yang satu lagi juga bekerja di luar kota, namun masih satu propinsi dan sudah dibuatkan rumah sendiri, tak jauh dari rumah si ibu. Mungkin ini yang akan diajak kumpul serumah. Biarlah rumah yang belum jadi untuk sementara tidak direncanakan untuk segera ditempati.
Tetap ada kegalauan, karena separuh jiwa, garwa sigaring nyawa, suami tetap tidak ada di sisi.Wallahu a'lam. Ini bukan aneh sekali, biasa atau sering terjadi, dapat dipahami, serta siapa saja dapat atau akan mengalami. Kebetulan tetangga yang dicurhati tersebut telah ditinggal suaminya lebih dulu, beberapa tahun yang lalu. Kemungkinan si ibu tetangga itu pun merasakan hal lebih kurang sama. Butuh waktu yang cukup hingga kini mampu memberikan masukan kepada yang baru mengalami agar berteman dengan Allah. Ma sya Allah, tabarakallah, itu tepat sekali. Meski begitu, untuk sampai pada pemahaman, keikhlasan hati, kita selalu butuh pertolongan-Nya.
Ya Allah, Engkau akan panggil semua. Bila bukan kami yang ditinggal, kami yang akan meninggalkan. Rumus dunia harus berpisah, kata Pak Haji Rhoma Irama dalam sebuah lirik lagunya. Menuliskan hal ini, menceritakannya, tentu mudah saja, seakan tanpa beban. Beda dengan yang sedang mengalami. Namun untuk maksud pembelajaran, mengambil hikmah, semoga dibolehkan dan manfaat. Paling tidak, agar kita menghargai siapa saja yang masih ada. Semoga Dzat Yang Membolak-balikkan hati menetapkan hidayah-Nya pada hati kita. Aamiin.
-------
Lamongan 10 Pebruari 2025
Tidak ada komentar:
Posting Komentar